Sudah Terjungkal dari 'Senayan', PPP Masih Saja Ribut Dualisme Kepemimpinan

1 hour ago 1

Sejumlah kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP) meneriakan yel-yel saat Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PPP Muhamad Mardiono menyampaikan pidato politik pada pembukaan Muktamar ke-10 PPP di Jakarta, Sabtu (27/9/2025). Muktamar yang mengambil tema Transformasi PPP untuk Indonesia tersebut diselenggarakan pada 27-29 September 2025 dengan agenda utama pemilihan ketua umum baru periode 2025-2030.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Persatuan Pembangunan dilanda konflik kepemimpinan. Alih-alih bersatu untuk kembali ke 'Senayan' partai berlambang Kabah ini dilanda perpecahan pasca-Muktamar X di Jakarta.

Kubu Agus Suparmanto yang didukung oleh politikus senior Romaharmuziy atau akrab disapa Romy berseteru dengan pejawat Mardiono.

Perseteruan ini sebetulnya bukanlah hal baru di PPP. Sebelumnya pengusaha Djan Faridz yang terpilih pada November 2014 lewat Muktamar di Jakarta juga berselisih dengan Romy yang diangkat lewat Muktamar di Surabaya sebulan sebelumnya.

Keduanya mengeklaim sebagai Suryadarma Ali yang ditangkap oleh KPK. Konflik itu berujung hingga pengadilan dan Djan Fariz kalah di tingkat kasasi. Ia mundur pada 2018 dan digantikan dengan Humprez Djemat. Namun hubungan kedua kubu itu masih bersitegang. Kubu Romy menilai Humprey Djemat tidak sah.

Pada 2019 Romy tersangkut oleh KPK. Suharso Monoarfa terpilih di Muktamar ke-IX sebagai ketum periode 2020-2025. PPP kembali bersatu. 

Namun Suharso yang menjabat Menteri PPN/Kepala Bappenas juga tidak sampai dengan habis. Pada 2022, Suharso dilengserkan oleh Mardiono yang ketika itu menjabat sebagai Wantimpres. Salah satu alasan yakni susahnya berkomunikasi.

Rentetan konflik itu tidak membuat PPP kian berkembang. Justru untuk kali pertama, pada 2024 partai yang dideklarasikan pada 1973 gagal masuk DPR RI. PPP hanya mendapat3,87 persen suara di bawah ambang batas parlemen 4 persen.

Pendiri lembaga survei KedaiKOPI Hendri Satrio merespon dualisme kepengurusan di Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Hendri memandang para pengurus dan elit PPP mesti membuka hati seluas-luasnya demi kepentingan kejayaan partai.

Hendri mengamati anggota dan pemilih PPP sebenarnya ingin tak ada gejolak di partai itu. Mereka ingin PPP dapat merangkak maju merebut kursi DPR RI lagi.

"Kalau memang tujuannya masuk senayan mestinya memang ada yang ngalah, sekarang ada orang (pengurus) baru supaya ada strategi baru," kata Hendri kepada Republika, Senin (29/9/2025).

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |