Pejuang Hamas dan Jihad Islam menahan kerumunan saat mobil yang membawa sandera Israel, di Khan Younis, Jalur Gaza selatan , Kamis 30 Januari 2025.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Abu Hamza, juru bicara Brigade Al-Quds, menyampaikan pidato penghormatan bagi sejumlah komandan dan pejuang, sekaligus menyampaikan duka cita atas kematian pendahulu sekaligus mantan juru bicaranya. Dalam pidatonya, ia menekankan persatuan dengan seluruh faksi Perlawanan lainnya. Abu Hamza menegaskan kembali komitmen mereka untuk terus memerangi pendudukan di tanah mereka sendiri.
Pada 18 Maret, hari ketika Israel mengingkari gencatan senjata awal, gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) berduka atas terbunuhnya komandan sekaligus juru bicara sayap militernya, Naji Abu Seif, yang lebih dikenal dengan nama samaran Abu Hamza. Dia syahid bersama keluarga berikut keluarga saudaranya dalam operasi pembunuhan Israel, dikutip dari laman Palestine Chronicle, Kamis (23/10/2025).
Melanjutkan warisannya, juru bicara yang menggunakan nama samaran sama dengan pendahulunya tersebut, menegaskan, rakyat Palestina menghadapi titik kritis dan sulit. Mereka berada di persimpangan sejarah yang menentukan — sebagai sebuah bangsa, sebuah bangsa, dan sebuah gerakan Perlawanan dalam perjuangan Arab dan Islam yang lebih luas.
Ia menjelaskan, perlawanan harus bertempur untuk merespons langsung atas kejahatan pendudukan yang berkelanjutan di al-Quds dan Tepi Barat, pelanggarannya terhadap tahanan, pengepungan yang mencekik, dan serangan mematikan di Jalur Gaza. Ia menegaskan Brigade Al-Quds telah menjadi bagian integral dari Operasi Badai Al-Aqsa sejak awal.
“Bahkan sebelum tank pertama masuk,” kata Abu Hamza, “Brigade Al-Quds telah dikerahkan di lapangan dengan seluruh formasi kami, siap menghadapi musuh dengan beragam kekuatan senjata kami.” Ia lebih lanjut menegaskan, pendudukan melancarkan perang terhadap rakyat Palestina bukanlah sebagai reaksi terhadap operasi Perlawanan. Operasi tersebut dilakukan sebagai bagian dari rencana terencana untuk perang pemusnahan, yang didukung tanpa syarat oleh Amerika Serikat.