Teliti Badai Tornado, Google Earth Ungkap Kekuatan Dahsyat di Balik Bencana

2 months ago 28

Selasa, 26 November 2024 - 14:15 WIB

loading...

Teliti Badai Tornado,...

Badai Tornado. FOTO/ IFL SCIENCE

SIDNEY - Seorang penjelajah gua sedang menelusuri gambar Google Earth di pedalaman Australia dan terkejut saat menemukan bekas luka misterius yang terukir di daratan.

Baca Juga

 Jagalah Allah Niscaya Allah Menjagamu

Setelah melakukan penyelidikan, para ilmuwan menemukan bahwa bekas luka yang terlihat di Dataran Nullarbor di Australia Selatan disebabkan oleh tornado yang kuat.

Sekarang, kita semua mendengar tentang tornado yang menyebabkan kerusakan di wilayah Great Plains di AS - rata-rata sebanyak 1.200 tornado terjadi setiap tahun di negara tersebut tetapi tornado juga terjadi di Australia.

Namun kembali ke bekas luka, yang terukur sepanjang 11 kilometer dan lebarnya mencapai 250 meter, diperkirakan sebuah tornado dahsyat dalam kategori F2 atau F3 terjadi di sana dengan kecepatan angin di atas 200 km/jam.

Matej Lipar, Peneliti Tambahan di Sekolah Ilmu Bumi dan Planet di Universitas Curtin dan rekan-rekannya tertarik dengan bekas luka misterius itu dan setelah menganalisis lebih lanjut, mereka dapat menghitung durasi tornado dan arah pergerakannya.

"Tornado itu mungkin berlangsung antara tujuh dan 13 menit. Ciri-ciri bekas luka itu menunjukkan angin yang berputar di dalam tornado itu bergerak searah jarum jam," katanya kepada MailOnline.

"Kami juga menduga tornado tersebut bergerak dari barat ke timur – yang sesuai dengan arah pergerakan front dingin yang kuat di wilayah tersebut pada saat itu."

Dengan menggunakan citra satelit dari beberapa tahun terakhir sebagai perbandingan, tim tersebut menentukan tornado itu terjadi antara tanggal 16 dan 18 November 2022.

Ini hanyalah salah satu dari tiga tornado yang tercatat di Dataran Nullarbor.

Untungnya tornado tersebut tidak merusak rumah apa pun karena daerah tersebut sangat terpencil dan bekas luka di tanah masih dapat dilihat 18 bulan setelah tornado karena lanskapnya kering.

Temuan ini baru-baru ini dipublikasikan dalam Journal of Southern Hemispher

(wbs)

Follow WhatsApp Channel SINDOnews untuk Berita Terbaru Setiap Hari

Follow

Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!

Baca Berita Terkait Lainnya

Cara Mengetahui Anak...

1 jam yang lalu

 Streaming...

2 jam yang lalu

Teliti Badai Tornado,...

3 jam yang lalu

Daftar Kode Redeem FF...

3 jam yang lalu

Kenalkan Channel YouTube...

9 jam yang lalu

Meta Sebut Asia Tenggara...

11 jam yang lalu

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |