Trump Buru-buru Evakuasi Militer AS di Timur Tengah, Ada Apa?

1 day ago 4

Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Donald Trump mengevakuasi personel Amerika Serikat dari kawasan Timur Tengah menyusul eskalasi Iran dan Israel yang dinilainya berpotensi "berbahaya" pada Rabu.

Evakuasi ini dilakukan seiring pembicaraan nuklir antara AS dan Iran yang terus mandek dan kekhawatiran akan konflik regional pecah di kawasan.

Pemindahan ini juga dilakukan usai Iran mengancam akan menargetkan pangkalan militer AS di kawasan jika Israel, sekutu AS, benar-benar melancarkan serangan terutama terhadap fasilitas nuklirnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang pejabat AS sebelumnya mengatakan jumlah staf di Kedutaan Besar AS di Irak telah dikurangi karena alasan keamanan pada Rabu (11/6). Di hari yang sama, muncul laporan bahwa personel AS juga dipindahkan dari Kuwait dan Bahrain.

"Ya, mereka sedang dipindahkan karena tempat itu bisa menjadi berbahaya," kata Trump kepada wartawan di Washington ketika ditanya soal laporan pemindahan personel.

"Kami sudah memberikan pemberitahuan untuk evakuasi, dan kita lihat nanti bagaimana perkembangannya," lanjut Trump seperti dikutip AFP.

AS memiliki banyak pangkalan militer di kawasan Timur Tengah, dengan yang terbesar berada di Qatar.

Pada Januari 2020, Iran pernah menembakkan rudal ke pangkalan militer di Irak yang dihuni pasukan AS sebagai balasan atas serangan udara Israel yang menewaskan Jenderal Qassem Soleimani beberapa hari sebelumnya di Bandara Baghdad. Puluhan tentara AS mengalami cedera otak traumatis akibat serangan itu.

Dalam kesempatan yang sama, Trump sempat menegaskan kembali bahwa Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir bagaimana pun caranya.

"Mereka (Iran) tidak boleh punya senjata nuklir, sesederhana itu. Kami tidak akan membiarkan hal itu terjadi," ujar Trump.

Teheran dan Washington telah menggelar lima putaran pembicaraan sejak April demi merumuskan kesepakatan nuklir baru menggantikan perjanjian 2015 yang dicampakkan Trump sendiri pada masa jabatan pertamanya 2018 lalu.

Kedua pihak dijadwalkan kembali bertemu dalam beberapa hari mendatang.

Trump sebelumnya sempat menyampaikan optimisme terhadap negosiasi tersebut. Namun, dalam wawancara yang dipublikasikan pada Rabu, ia mengaku kini "kurang yakin" akan tercapainya kesepakatan antara Teheran-Washington soal ini.

Sejak kembali menjabat pada Januari, Trump kembali menghidupkan kampanye "tekanan maksimum" terhadap Teheran. Trump mengatakan tetap mendukung jalur diplomasi nuklir, namun juga memperingatkan bahwa opsi militer tetap terbuka jika negosiasi gagal.

Trump pun mendesak sekutu terdekatnya sekaligus musuh bebuyutan Iran, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk menahan diri demi memperbesar peluang perundingan. Namun, Israel terus melakukan provokasi dan menunjukkan tanda-tanda kehilangan kesabaran terhadap Iran.

(rds)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |