UNICEF: Setiap Batas Daya Tahan Manusia di Gaza Sudah Hancur

9 hours ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, KHAN YOUNIS -- Konvoi kemanusiaan yang hendak tembus Jalur Gaza terus diadang Mesir. Badan PBB untuk Anak-anak (UNICEF) menggambarkan kengerian yang terus terjadi di wilayah berpenduduk 2,1 juta itu akibat genosida yang dilakukan Israel.

Menurut Juru Bicara UNICEF James Elder, kata-kata yang tepat menunjukkan situasi Jalur Gaza kini adalah "suram, mengerikan, dan tanpa harapan." Ia mengatakan, seluruh keluarga di wilayah Palestina yang diblokade itu benar-benar kesulitan, bahkan untuk mendapatkan makanan satu kali sehari.

Kondisi tersebut amat menyiksa, terutama bagi anak-anak, balita dan bayi. Sementara itu, lanjut Elder, militer Israel (IDF) masih saja memborbardir Jalur Gaza, sementara kontak senjata pasukan zionis dengan Hamas terus berlanjut.

Elder menegaskan, di antara yang terpenting saat ini untuk meringankan penderitaan masyarakat Jalur Gaza ialah dibukanya blokade. "Pernah ada peningkatan sementara dalam jumlah bantuan kemanusiaan dan sedikit perbaikan dalam pasokan air dan makanan, tetapi optimisme itu dengan cepat menguap di tengah blokade yang menghancurkan,” ujar dia kepada Anadolu Agency, dalam sebuah misi dari Kota Khan Younis di selatan Gaza, Palestina, Ahad (15/6/2025).

“Setiap batas daya tahan manusia pada umumnya di Gaza telah hancur. Para ibu di sini rela tidak makan berhari-hari agar bisa menyediakan satu kali makan untuk anak-anak mereka,” tambahnya.

Berbicara tentang absennya perayaan Idul Fitri maupun Idul Adha di Jalur Gaza, Elder mengungkapkan dengan kesedihan. Alih-alih merayakan dengan suka cita, yang ada hanyalah penderitaan dan nestapa.

"Keluarga-keluarga berkumpul dalam keheningan untuk mengenang mereka yang telah tiada, dikelilingi oleh rasa duka yang luar biasa,” ujar dia.

Ia juga memperingatkan bahwa anak-anak yang mengalami malnutrisi parah kini meninggal akibat penyakit-penyakit yang seharusnya bisa diobati segera. Elder menegaskan, blokade yang dilakukan terhadap Jalur Gaza benar-benar melumpuhkan setiap fasilitas medis setempat. Selain itu, ancaman wabah kelaparan juga kian nyata dari hari ke hari.

“Anak-anak mederita malnutrisi parah membuat mereka 10 kali lebih rentan meninggal dunia. Inilah siklus yang mematikan itu: kelaparan, ketiadaan air bersih, dan kurangnya layanan kesehatan dasar,” tuturnya.

sumber : Middle East Eye

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |