Tim SAR gabungan mencari korban bangunan mushala yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (30/9/2025). Berdasarkan data Badan SAR Nasional terdapat 100 orang santri menjadi korban dalam peristiwa itu, 99 orang berhasil diselamatkan dimana delapan orang dievakuasi tim SAR gabungan dan 91 orang melakukan evakuasi mandiri setelah kejadian, sementara satu orang dilaporkan meninggal dunia.
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) segera mengumpulkan pengasuh pondok pesantren (ponpes) untuk memastikan standar keamanan bangunan gedung menyusul robohnya bangunan di Pondok Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur.
"Paling tidak kita akan mengimbau kepada para pengasuh pondok pesantren untuk berhati-hati dalam membuat bangunan. Apalagi menyangkut anak-anak santri yang banyak ini," ujar Kepala Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam (Pakis) Kanwil Kemenag DIY Aidi Johansyah saat dihubungi di Yogyakarta, Kamis (2/10/2025).
Aidi mengatakan, terdapat sekitar 461 ponpes dengan total jumlah 60 ribu santri di DIY. Sejauh ini, dia menilai kondisi bangunan sebagian besar ponpes relatif aman. Bangunan-bangunan tersebut pada umumnya dinilai tidak bertingkat tinggi serta sebagian dibangun melalui bantuan pemerintah yang sesuai standar.
"Seperti Darul Qur'an, Ali Ma'sum, termasuk Binbas di Piyungan, bangunannya sudah memenuhi standar karena yang mengerjakan dari bantuan PU. Begitu juga di Gunungkidul ada Darul Qur’an dan As-Salam, itu juga standar PU," ujar dia.
Meski demikian, Aidi menegaskan, Kemenag DIY tetap melakukan evaluasi keberadaan bangunan pondok pesantren, termasuk mendorong agar setiap bangunan memperhatikan struktur tahan gempa mengingat Yogyakarta merupakan wilayah rawan bencana.
sumber : Antara