Alat Pendeteksi Pergerakan Harga Kedelai Kering Dipresentasikan di ICITRI 2025

2 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Universitas Nusa Mandiri (UNM) yang dikenal sebagai Kampus Digital Bisnis menjadi tuan rumahThe 4th International Conference on Information Technology Research and Innovation (ICITRI 2025). Ajang bergengsi ini digelar di Kampus Margonda, Depok, pada Kamis–Jumat, 11–12 September 2025. ICITRI 2025 menjadi wadah kolaborasi akademisi, peneliti, praktisi, dan mahasiswa dalam memperkuat inovasi serta riset di bidang teknologi, bisnis digital, dan transformasi industri.

Salah satu karya yang dipresentasikan adalah karya tim peneliti dari Telkom University dan Universitas Sam Ratulangi. Mereka berhasil mengembangkan model deep learning berbasis Long Short-Term Memory (LSTM) untuk memprediksi pergerakan harga kedelai kering di Indonesia. 

Riset ini berangkat dari volatilitas harga komoditas pertanian, khususnya kedelai, yang sering memengaruhi sektor pangan nasional. Dengan memanfaatkan data harga kedelai dari Badan Pangan Nasional periode April 2021 hingga Februari 2025, tim peneliti menguji berbagai algoritma optimasi untuk melatih arsitektur LSTM.

Hasilnya, kombinasi fungsi aktivasi Sigmoid dengan Nadam optimizer terbukti paling unggul, mencapai tingkat akurasi tinggi dengan nilai MAE 0,011890, RMSE 0,022985, dan R² 0,639292. Konfigurasi ini mampu menghasilkan prediksi yang stabil, efisien, dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan strategis di sektor pertanian maupun perdagangan.

Menurut Dasril Aldo, peneliti dari Fakultas Informatika Telkom University, temuan ini membuka peluang besar pemanfaatan AI dalam ketahanan pangan nasional.

“Prediksi harga kedelai berbasis AI bisa membantu pemerintah dan pelaku industri mengantisipasi fluktuasi pasar, mengurangi ketergantungan pada spekulasi, dan memperkuat strategi pangan nasional,” jelasnya dalam rilis yang diterima, pada Jumat (12/9).

Sementara itu, Wahyuni Fithratul Zalmi dari Universitas Sam Ratulangi menambahkan penelitian ini masih dapat dikembangkan lebih jauh.

“Kami berencana menambahkan variabel eksternal seperti kondisi cuaca, inflasi, hingga kebijakan pemerintah agar model prediksi semakin akurat,” ujarnya.

Dengan riset ini, Telkom University bersama kolaboratornya menegaskan kontribusinya dalam menggabungkan sains data dengan kebutuhan nyata masyarakat, khususnya dalam mendukung ketahanan pangan berbasis teknologi digital.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |