REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia telah memasuki era transformasi digital di sektor kesehatan seiring dengan visi pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan, untuk mewujudkan sistem layanan kesehatan yang terintegrasi, responsif, dan berbasis data.
Salah satu inisiatif utama adalah pengembangan platform Satu Sehat, yang merupakan integrasi berbagai sistem informasi kesehatan dari fasilitas layanan kesehatan (fasyankes), laboratorium, dan aplikasi lainnya ke dalam satu data nasional yang holistik.
Salah satu program unggulan pemerintahan Presiden Prabowo adalah Cek Kesehatan Gratis atau CKG yang diluncurkan Februari 2025 .
Dalam sebuah wawancara, Menteri Kesehatan Budi Gunawan Sadikin menyampaikan, sejauh ini Kemenkes mencatat 8,2 juta orang sudah memanfaatkan program CKG dan total sebanyak 8,7 juta orang telah mendaftarkan diri.
Menanggapi hal ini, Doktor Kesehatan Masyarakat dari Universitas Indonesia, M Arief Rosyid Hasan menyampaikan apresiasi sekaligus masukan bagi pemerintah terkait digitalisasi kesehatan untuk pelayanan bagi masyarakat yang semakin optimal lagi.
“Apresiasi setinggi-tingginya kepada pemerintahan Presiden Prabowo yang memberikan perhatian khusus bagi kesehatan masyarakat Indonesia, salah satunya melalui CKG. Ini menunjukkan keseriusan pemerintah bagi sektor kesehatan, sampai lapisan terbawah,” ucap Arief dalam keterangan, Selasa (17/6/2025).
Ia menambahkan, pembangunan sektor kesehatan dan teknologi tertuang dalam Asta Cita Prabowo dan Gibran. ‘’Alhamdulillah, hari ini kita saksikan komitmen pemerintahan Pak Prabowo terhadap apa yang diniatkan dan dijanjikan kepada masyarakat luas.’’
Menurut dia, tentu tidak serta merta semua urusan selesai dalam satu-dua tahun, perlu kerja keras dan kolaborasi lintas sektor yang berkelanjutan. Ia menuturkan, bicara tentang teknologi dan kesehatan tidak akan lepas dari Satu Sehat.
Kendati Satu Sehat bertujuan menjadi tulang punggung ekosistem kesehatan digital nasional dan mengonsolidasikan data rekam medis elektronik (RME), imunisasi, penyakit menular, hingga data pelayanan primer, sampai saat ini tata kelola dan penggunaannya masih belum optimal.
“Disrupsi teknologi memiliki peran bahkan krusial dalam percepatan layanan masyarakat, tak terkecuali di sektor kesehatan. Inovasi dan teknologi medis elemen krusial dalam membangun sistem kesehatan nasional yang efisien, inklusif, dan berkelanjutan,”kata Arief yang menyelesaikan studi doktoralnya 2023 lalu.
Hal ini sejalan dengan yang disampaikan Menkes BGS dalam forum 2025 APAC Health and Life Science Summit di Jakarta awal Juni lalu. Pada kesempatan tersebut, Menteri BGS mengacu pada Malaysia dan mengacungi jempol untuk standar kualias layanan kesehatan masyarakat di Negeri Jiran itu.
Arief melihat, untuk menuju ke sana, pemerintah tidak dapat bergerak sendiri.
“Perlu kolaborasi private, public partnership (PPP) untuk optimalisasi layanan kesehatan masyarakat. Perlu gotong royong semua pihak, utamanya antara Pemerintah (Kemenkes, BPJS Kesehatan) dan pihak swasta,” tegasnya.
Selain itu, tidak ada waktu yang lebih tepat untuk mendorong digitalisasi kesehatan, baik melalui Satu Sehat maupun inisiatif pemerintah lainnya, guna optimalisasi jangkauan program CKG. Ia pikir, inilah saatnya.
''Insya Allah kita upayakan bersama agar CKG ini seluas-luasnya, semakin banyak orang yang dapat menerima manfaat. Sebagai insan kesehatan maupun secara pribadi, mendukung penuh langkah strategis pemerintah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dari desa hingga ke kabupaten dan kota,” tutup Arief.