Dewan Minta Semua Bangunan Pesantren Tua Diaudit: 'Jangan Tunggu Ada Korban'

3 hours ago 1

Tim SAR gabungan mencari korban bangunan mushala yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (30/9/2025). Berdasarkan data Badan SAR Nasional terdapat 100 orang santri menjadi korban dalam peristiwa itu, 99 orang berhasil diselamatkan dimana delapan orang dievakuasi tim SAR gabungan dan 91 orang melakukan evakuasi mandiri setelah kejadian, sementara satu orang dilaporkan meninggal dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Anggota DPR RI Andi Muawiyah Ramly meminta Kementerian Agama (Kemenag) melakukan audit secara menyeluruh kelayakan bangunan pesantren, khususnya pesantren yang telah berusia tua dan digunakan secara intensif untuk aktivitas massal. 

“Kita tidak bisa terus membiarkan lembaga pendidikan yang mendidik jutaan santri berada dalam kondisi yang mengancam keselamatan. Jangan tunggu ada korban jiwa baru bertindak,” ujar pria yang akrab disapa Amure itu di Jakarta, Kamis (2/10/2025) merespons musibah robohnya bangunan mushala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur.

Amure menyampaikan rasa duka yang mendalam atas tragedi tersebut. Menurut dia, hal tersebut merupakan peringatan keras bagi seluruh pemangku kebijakan untuk memberikan perhatian serius terhadap kondisi fisik dan infrastruktur pesantren di Indonesia.

“Peristiwa ini bukan hanya menyayat hati kita semua, tetapi menjadi alarm keras tentang pentingnya keselamatan dan kelayakan sarana-prasarana lembaga pendidikan keagamaan, khususnya pondok pesantren,” kata dia. 

Berikutnya, Amure mengingatkan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang telah lama berkontribusi dalam pembentukan karakter bangsa dan penanaman nilai-nilai kebangsaan, masih menghadapi kenyataan miris seperti banyak bangunannya tidak layak, rawan bencana, dan minim perawatan akibat keterbatasan anggaran.

Amure menilai perhatian Kementerian Agama (Kemenag) terhadap aspek infrastruktur pesantren belum optimal. Selama ini, dia menilai bantuan yang diberikan cenderung bersifat administratif dan seremonial, belum menyentuh isu mendasar yaitu keamanan dan kelayakan fisik bangunan.

“Robohnya mushala di Al Khoziny adalah refleksi dari kelalaian sistemik. Pemerintah baik pusat maupun daerah tidak boleh hanya hadir saat musibah terjadi. Kebijakan preventif dan program nyata harus segera diwujudkan,” kata dia.

sumber : Antara

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |