REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Praktik kecurangan atau fraud akhir-akhir ini semakin mendapatkan sorotan karena berpotensi merugikan perusahaan sekaligus mengganggu stabilitas ekonomi. Beberapa kasus yang mencuat ke publik di antaranya adalah kasus pencucian uang yang menimpa pejabat Dirjen Pajak, Rafael Alun, serta kasus korupsi emas Antam ilegal.
Dosen Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada (FEB UGM), Arika Artiningsih, menuturkan fraud mencakup segala bentuk tipu daya untuk memperoleh keuntungan, termasuk korupsi, penyalahgunaan aset, hingga manipulasi laporan keuangan. Ia menegaskan fraud memiliki karakteristik khas, yaitu dilakukan secara sengaja, ditutup-tutupi, dan hampir selalu menimbulkan kerugian.
"Fraud bisa dilakukan siapa saja, sulit diprediksi, dan sering melibatkan lebih dari satu orang melalui kolusi,” ujarnya dalam Sekolah Wartawan-EB Journalism Academy bertema 'Menginvestigasi Fraud: Peran Jurnalis dalam Mengungkap Kecurangan dan Melindungi Publik' di Pertamina Tower FEB UGM, pertengahan pekan ini.
Arika menjelaskan, sejumlah tanda awal (red flag) perlu diwaspadai sebagai cikal-bakal munculnya fraud, seperti anomali akuntansi, kelemahan pengendalian internal, gaya hidup mewah, perilaku tak biasa, hingga adanya laporan atau komplain. “Fraud adalah kejahatan tersembunyi, sehingga red flag menjadi kunci penting untuk deteksi dini,” ujarnya.
Arika mengatakan, sejumlah kasus besar di Indonesia menunjukkan dampak sistemik fraud terhadap industri dan kepercayaan publik, mulai dari manipulasi laporan keuangan Garuda Indonesia, indikasi anomali di PT Antam, hingga fenomena flexing yang berujung pada pengungkapan korupsi.
Ia mengingatkan, fraud yang tak segera diidentifikasi dapat melemahkan fondasi perusahaan. Selain kerugian finansial, kredibilitas di mata investor dan pasar juga terancam hilang.
Kepala Learning Academic and Multimedia Production & Public Relations (LAMPR) FEB UGM, Fitri Amalia, menilai meningkatnya kasus fraud akhir-akhir ini memunculkan pertanyaan serius mengenai akuntabilitas dan integritas korporasi. Ia berharap kesadaran kolektif semakin kuat agar dunia usaha dapat tumbuh dalam iklim yang sehat dan transparan.