Jakarta, CNBC Indonesia - Penghentian operasi atau shutdown pemerintahan Amerika Serikat (AS) menjadi momok bagi sektor penerbangan. Ribuan pegawai di lembaga penerbangan dan keamanan transportasi terancam dirumahkan sementara, sementara puluhan ribu lainnya diwajibkan tetap bekerja tanpa gaji, menimbulkan kekhawatiran serius terhadap kelancaran dan keamanan penerbangan nasional.
Departemen Transportasi AS pada Selasa (30/9/2025) menyatakan lebih dari 11.000 pegawai Federal Aviation Administration (FAA), sekitar seperempat dari total tenaga kerja lembaga itu, terancam dirumahkan sementara.
Meski demikian, lebih dari 13.000 pengendali lalu lintas udara yang masih aktif harus tetap bekerja demi menjaga keselamatan penerbangan, meski tanpa menerima bayaran sampai penutupan berakhir.
"Dengan mata tetap tertuju pada keselamatan udara, para pengendali lalu lintas udara tidak bisa berhenti bekerja," kata FAA dalam pernyataannya, dilansir Reuters.
Namun, kondisi ini memperparah tantangan yang sudah ada. FAA saat ini kekurangan sekitar 3.800 pengendali lalu lintas udara dari target jumlah staf yang dibutuhkan.
Namun, berbeda dari shutdown sebelumnya, FAA menyebut kali ini mereka akan tetap melanjutkan perekrutan dan pelatihan pengendali baru. Pada masa lalu, perekrutan dan pelatihan semacam itu biasanya dihentikan.
Dampak shutdown juga akan dirasakan di sektor investigasi kecelakaan. Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) menyebut sekitar 25% dari total 400 pegawainya akan dirumahkan.
Meski begitu, NTSB menegaskan tetap bisa melakukan investigasi baru atas kecelakaan maupun insiden udara, termasuk melanjutkan penyelidikan tabrakan di udara pada 29 Januari lalu antara jet regional American Airlines dengan helikopter militer yang menewaskan 67 orang.
Situasi kali ini dinilai lebih ringan dibanding shutdown pada 2019, ketika NTSB terpaksa merumahkan lebih dari 90% pegawainya dan gagal mengirim investigator ke 22 kecelakaan akibat kekurangan dana.
Kini, lembaga itu berhasil meyakinkan pejabat anggaran Gedung Putih bahwa jumlah pegawai lebih besar sangat penting bagi fungsi kritisnya.
Tak hanya FAA dan NTSB, sekitar 50.000 pegawai Administrasi Keamanan Transportasi (TSA) yang menjaga pos pemeriksaan keamanan bandara juga diwajibkan tetap bekerja, meski tidak dibayar.
Pengalaman shutdown 2019 menjadi peringatan pahit. Saat itu, penghentian pendanaan selama 35 hari menyebabkan absensi massal di kalangan pengendali lalu lintas udara dan petugas TSA yang kehilangan gaji, membuat antrean di bandara memanjang dan bahkan memaksa otoritas memperlambat lalu lintas udara di New York. Tekanan tersebut mendorong politisi mempercepat kompromi.
Asosiasi maskapai Airlines for America, yang mewakili United Airlines, Delta Air Lines, American Airlines, Southwest Airlines, dan maskapai besar lainnya, memberi peringatan "mengerikan".
"Jika pendanaan terhenti, sistem mungkin perlu diperlambat, mengurangi efisiensi dan berdampak pada para penumpang," katanya.
Sementara itu, Asosiasi Perjalanan AS , yang menaungi maskapai, hotel, perusahaan rental mobil, dan bisnis pariwisata lainnya, menaksir kerugian akibat shutdown parsial dapat mencapai US$1 miliar per minggu bagi sektor perjalanan.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pesawat JetBlue Tergelincir Usai Mendarat, Begini Nasib Penumpangnya