2 hours ago
2
SAJADA.ID, SOLO – Lebih dari 400 jama’ah menghadiri Kajian Akbar Memuliakan Hidup di Usia Senja yang digelar oleh Hudaya Safari bekerja sama dengan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Solo Raya, di Grand City Hotel Solo, Sabtu (27/9). Acara ini menjadi ruang refleksi, terutama bagi mereka yang memasuki usia senja, tentang arti syukur, persiapan akhir hayat, serta peran dakwah yang terus hidup di tengah umat.
Selama 25 tahun, Hudaya Safari telah membersamai umat dengan layanan Haji dan Umrah bagi jamaah. Dalam sambutannya, Ust. H. Ujang Abidin, S.Kom.I, Direktur Hudaya Safari Tour & Travel menegaskan bahwa ibadah haji dan umrah lewat Hudaya Safari bukan sekadar perjalanan spiritual, tetapi juga wujud kontribusi nyata bagi dakwah di berbagai pelosok tanah air.
“Setiap langkah menuju Tanah Suci adalah pahala, sekaligus semangat mendukung perjuangan para dai Dewan Dakwah di Pedalaman,” pesannya.
Ketua DDII Solo Raya periode 2022-2025, Ustadz Sholahuddin Sutowijoyo di sambutannya juga mengingatkan jamaah bahwa siapa pun yang hadir dalam majelis ini sesungguhnya sudah memasuki fase senja. Oleh karenanya perlu menyiapkan bekal terbaiknya “Kita tidak tahu kapan berakhirnya hidup. Maka setiap amal harus dipersiapkan sebaik mungkin, salah satunya menyiapkan usia senja dengan beribadah haji atau umroh,” ujarnya.
Pada kegiatan inti, panitia menghadirkan Wakil Sekretrasis Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Pusat sekaligus penulis buku “Memuliakan Hidup di Usia Senja”, Dr. Ahmad Misbahul Anam, MA.
Dalam tausiyahnya, Ustadz Anam mengawali dengan menyinggung surat Al ‘Ashr. Esensi senja digambarkan sebagai fase hidup yang sangat penting dan penuh makna. Pertama, Allah SWT sendiri bersumpah dengan waktu senja (wal-‘ashr), menandakan betapa agung dan bernilainya momen ini. Senja juga dipandang sebagai wujud kesabaran seorang hamba—saat manusia diuji untuk tetap teguh sekaligus menaruh harapan akan tempat kembali di sisi-Nya.
Selain itu, senja menunjukkan simbol bahwa fase akhir kehidupan merupakan fitrah manusia yang harus dijalani dengan penuh syukur, sabar, dan persiapan menuju pertemuan dengan Allah.
Ustadz. Anam juga menjelaskan tidak perlu seseorang takut dengan usia senja, sebab pada hakikatnya Allah telah memenuhkan kehidupan manusia dengan anugerah-Nya. Di usia senja, seseorang telah menjalani hidup, merasakan indahnya berpasangan, dikaruniai anak, serta menikmati beragam nikmat kehidupan.
Semua itu adalah bekal dari Allah agar ia mampu menjadi pemimpin dan teladan (uswatun hasanah) bagi sekitarnya, sekaligus terus memelihara semangat menuntut ilmu hingga akhir hayat.
Ia juga mengingatkan bagi yang mulai memasuki usia senja dengan kutipan surat Al Ahqaf ayat 16,
حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةًۙ قَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
“...apabila telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia (anak itu) berkata, "Wahai Tuhanku, berilah petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dapat beramal saleh yang Engkau ridai, dan berikanlah kesalehan kepadaku hingga kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim.”
Dijelaskan lebih lanjut bahwa ayat ini memerintahkan bagi yang telah memasuki usia senja untuk segera bersiap segera.melakukan beberapa hal. Pertama, mensyukuri nikmat Allah.
Pada usia matang ini, manusia diingatkan untuk benar-benar menyadari dan mensyukuri nikmat Allah, baik nikmat pribadi maupun yang diberikan kepada orang tua, sebagai warisan nilai iman dan kebaikan. Kedua, bersegera dengan amal salih. Usia 40 menjadi titik keseriusan untuk memperbanyak amal yang benar-benar tulus, sesuai syariat, dan mendapat ridha Allah, bukan sekadar rutinitas atau pencapaian duniawi.
