Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,36% atau 28,77 poin ke level 8.072,59. Sebanyak 340 saham naik, 326 saham turun, dan 290 tidak bergerak.
Nilai transaksi mencapai Rp 13,23 triliun, melibatkan 25,43 miliar saham dalam 1,67 juta kali transaksi.
Mengutip Refinitiv, IHSG siang ini menguat didorong oleh sektor properti yang naik 1,93%. Lalu diikuti oleh industri naik 0,74% dan finansial 0,68%.
Tercatat hanya sektor energi dan bahan baku yang mengalami kontraksi, masing-masing -0,41% dan -0,19%.
Adapun saham-saham yang menjadi penggerak utama indeks berasal dari lintas sektor. Telkom Indonesia (TLKM) menyumbang 10,31 indeks poin. TLKM naik 2,29% ke level 3.130 pada akhir sesi I.
Kemudian ada dua bank yang juga ikut menjadi penggerak indeks, yakni BCA (BBCA) dan Bank Permata (BNLI). BNLI menyumbang 4,16 indeks poin dan BBCA 3,59 indeks poin
Pasar keuangan diperkirakan akan kembali volatile. IHSG diperkirakan akan rebound usai dua hari melemah. Banyaknya kabar positif baik dari dalam dan luar negeri mampu mendorong investor asing kembali ke emerging market salah satunya Indonesia.
Sejumlah kabar lain yang ikut menjadi sentimen perdagangan hari ini termasuk aktivitas manufaktur dan inflasi RI hingga shutdown pemerintah Amerika Serikat (AS).
Aktivitas manufaktur Indonesia masih berada di zona ekspansi di September meskipun sangat tipis
Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global pada Rabu (1/10/2025) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di 50,4 di September atau turun dibandingkan 51,5 pada Agustus 2025. Meski turun PMI masih berada di zona ekspansi selama dua bulan beruntun.
Kemudian, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kembali terjadinya tekanan inflasi pada September 2025 sebesar 0,21% dari bulan sebelumnya deflasi 0,08%.
Tekanan harga pada bulan itu utamanya disebabkan kenaikan harga untuk kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami tekanan inflasi 0,38% (mtm) dengan andil menjadi yang terbesar yakni 0,11%.
Lalu Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat nilai surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$ 5,49 miliar pada Agustus 2025.
Surplus ini didapat dari ekspor sebesar US$ 24,96 miliar dan impor US$ 19,43 miliar. Posisi ekspor masih lebih tinggi dibandingkan impor pada Agustus 2025. Ini adalah surplus 64 bulan beruntun sejak tahun 2020.
Surplus US$ 5,49 miliar artinya neraca perdagangan Indonesia telah surplus 64 bulan beruntun sejak Mei 2020. Surplus pada Agustus ini ditopang oleh surplus nonmigas US$ 7,15 miliar.
Adapun dari ranah global, pemerintah Amerika Serikat (AS) resmi mengalami government shutdown pada Rabu (1/10/2025) pukul 00:00 waktu setempat. Hal ini terjadi setelah Kongres gagal mencapai kesepakatan pendanaan.
Kebuntuan politik antara pemerintahan yang dipimpin Donald Trump dari Partai Republik ini dengan oposisi dari Demokrat membuat anggaran sementara yang diajukan tidak dapat lolos.
Shutdown kali ini menjadi yang keempat selama Trump memimpin dalam dua periode dan yang pertama sejak 2018, dengan potensi menimbulkan dampak yang cukup signifikan pada perekonomian AS.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Merah! Pasar Cemas Deflasi dan Data Ekonomi