REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat Pagar Nusa menginstruksikan seluruh jajarannya di Indonesia untuk melaksanakan salat gaib, tahlil, dan doa bersama menyusul musibah yang menimpa Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur.
Pagar Nusa adalah singkatan dari "Pagar NU dan Bangsa", sebuah organisasi pencak silat di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi ini didirikan pada 3 Januari 1986 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, dengan tujuan menyatukan dan mewadahi berbagai perguruan silat NU yang sebelumnya berdiri sendiri-sendiri.
Instruksi Pagar Nusa dituangkan dalam surat bernomor 703/PP-IV/A-1/A-I/X/2025 tertanggal 2 Oktober 2025, yang ditujukan kepada pengurus Pagar Nusa mulai dari tingkat wilayah, cabang, anak cabang, ranting, hingga rayon.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa, Muchamad Nabil Haroen, menyampaikan rasa duka mendalam atas musibah tersebut. Menurutnya, pesantren adalah jantung keilmuan dan ruhani umat. Karena itu, ketika pesantren ditimpa musibah, duka itu bukan hanya dirasakan secara lokal, tetapi menjadi luka kolektif bagi seluruh ekosistem Nahdlatul Ulama, termasuk Pagar Nusa.
“Musibah ini menggugah kepedihan kita semua. Ketika pesantren- yang menjadi rumah ilmu dan pembinaan akhlak-ditimpa duka, maka seluruh keluarga besar Pagar Nusa wajib hadir secara spiritual dan moral,” ujar pria yang akrab dipanggil Gus Nabil ini dalam keterangannya, Kamis (2/10/2025).
Pondok Pesantren Al Khoziny memiliki posisi istimewa dalam perjalanan Pagar Nusa. Pesantren tersebut disebutnya sebagai salah satu pusat lahirnya kader-kader pendekar muda yang tangguh di gelanggang, sekaligus santun dalam akhlak dan kehidupan sosial.
“Al Khoziny adalah pesantren yang menjadi mata air bagi lahirnya kader-kader berprestasi. Banyak pendekar kita yang berasal dari sana. Mereka tidak hanya juara di ajang pencak silat, tetapi juga menjadi figur teladan di masyarakat. Maka duka pesantren ini adalah duka kita semua,” ucap Gus Nabil.
Instruksi pelaksanaan sholat ghaib dan tahlil ini, menurut Gus Nabil, bukan sekadar seremonial, tetapi merupakan bagian dari tradisi spiritual yang dijaga teguh oleh Pagar Nusa. Doa bersama tersebut diimbau dilakukan dengan khidmat dan penuh kekhusyukan, baik di pesantren, masjid, padepokan, maupun di rumah-rumah kader.
Sejumlah pengurus wilayah dan cabang Pagar Nusa telah menyatakan kesiapan melaksanakan instruksi tersebut dalam waktu dekat. Kegiatan ini dipastikan akan melibatkan berbagai unsur, mulai dari pendekar, santri, hingga masyarakat umum yang memiliki ikatan erat dengan Pagar Nusa.
Gus Nabil menegaskan, instruksi ini menjadi bukti bahwa peran Pagar Nusa tidak hanya sebatas di arena pencak silat dan kompetisi. Sebagai badan otonom Nahdlatul Ulama, Pagar Nusa juga mengemban tanggung jawab membangun solidaritas, spiritualitas, dan kekuatan batin umat.
“Kami ingin memastikan bahwa keluarga besar pesantren tidak sendiri dalam menghadapi cobaan ini. Doa kami, kekuatan kami, dan solidaritas kami akan menyertai mereka,” kata Gus Nabil.