Pasar Taman Puring Sepi Bak Kuburan, Pembeli Kabur-Nasib Pedagang Gini

5 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah sepinya Pasar Taman Puring Jakarta Selatan, para pedagang ada yang hanya meratapi nasib, tetapi juga ada yang mempromosikan tokonya dengan cara khasnya. Firman salah satunya, seorang pedagang sepatu formal. Ia tetap memilih dengan suara lantang mempromosikan sepatu yang dijualnya demi mendapatkan pelanggan.

Tak hanya itu saja, pelanggan yang terpancing kemudian dilayaninya dengan sepenuh hati.

"Mari pak, mas, monggo mampir, dicoba dulu boleh, disini dijamin original, dicoba dulu, nanti kalau cocok, tinggal negosiasi harga," kata Firman saat ditemui wartawan CNBC Indonesia, Rabu (18/6/2025).

Bahkan, pelanggan diperbolehkan untuk mencoba sepatu yang dijualnya agar pelanggan mendapatkan sepatu yang cocok.

"Dicoba-coba dulu boleh, biar sesuaikan ukuran kaki pelanggan, kalau sudah cocok, tinggal penawaran harga," tambahnya.

Sayangnya, langkah Firman yang sudah cukup baik melayani pelanggan, kini nasibnya cukup memprihatinkan. Hal ini karena pasar tersebut makin sepi ditinggalkan pelanggannya.

Firman mengatakan kondisinya sudah terjadi sejak lama, sekitar tahun 2019. Bahkan setelah pandemi Covid-19 merebak, kondisinya makin parah.

"Dulu ramai, banyak yang beli, sejak 2019, mulai sepi, setelah Covid-19, makin parah sepinya," ujarnya.

Ia mengatakan penyebab sepinya pelanggan terjadi karena pergeseran pola belanja masyarakat di mana belanja online menjadi salah satu penyebabnya.

Kondisi salah satu pasar legendaris yakni Pasar Taman Puring, Jakarta Selatan makin sepi pada Rabu (18/6/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)Foto: Kondisi salah satu pasar legendaris yakni Pasar Taman Puring, Jakarta Selatan makin sepi pada Rabu (18/6/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)
Kondisi salah satu pasar legendaris yakni Pasar Taman Puring, Jakarta Selatan makin sepi pada Rabu (18/6/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)

"Mungkin karena adanya toko online, jadi orang-orang lebih memilih berbelanja online di rumah," tambah Firman.

Meski begitu, Ia tetap memilih bertahan karena masih ada orang yang mengunjungi pasar tersebut, meski tak sebanyak dahulu.

Hal ini karena menurutnya, masih ada beberapa orang yang lebih memilih untuk datang langsung ketimbang berbelanja online.

"Kami masih bertahan ya karena masih ada orang yang mau datang ke sini, meski jumlahnya bisa dihitung jari, mereka lebih pede mencari dan mencoba barang langsung, kalau di online kan susah," terangnya.

Secara terpisah, Wino, pedagang lainnya juga bernasib sama. Bahkan, meski dirinya sudah membuka penjualan online, tetapi tak kunjung ada yang membeli produk yang dijualnya.

"Kondisi memang sepi sudah sejak lama. Kalau penyebabnya online sih sepertinya tidak ya, kami sudah buka online tapi nyatanya juga sepi, ya paling karena memang daya beli masyarakat lagi turun banget," ungkap Wino.

Wino merupakan pedagang tas, sabuk, hingga dompet. Bahannya pun terbuat dari kulit. Ia juga telah membuka penjualan online, tetapi nyatanya tidak terlalu terpengaruh.

"Yang beli langsung sedikit, yang online juga hampir sama, ini aja kejual 2-3 barang saja kami sudah bersyukur banget," terang Wino.

Pasar Taman Puring sempat ramai dan menjadi pasar yang menjual barang-barang branded, namun harganya tetap terjangkau. Hal ini karena di pasar ini, pelanggan dapat bernegosiasi terkait harga.

Namun sayangnya, pola pergeseran konsumsi masyarakat yang kini lebih memilih berbelanja online membuat eksistensi Pasar Taman Puring pun semakin terancam.


(chd/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Warga RI Makin 'Demen' Belanja Online, Nilainya Ribuan Triliun

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |