Perang Iran-Israel Memanas, Harga Emas Terbang Dekati ATH!

10 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas kembali terbang usai Israel resmi menyerang Iran secara besar-besaran pada akhir pekan ini, Jumat (13/6/2025). Bahkan harga emas kini sudah semakin dekat dengan level tertinggi sepanjang masa-nya lagi. 

Merujuk data Refinitiv, pada perdagangan Jumat, harga emas acuan dunia (XAU) melesat 1,42% ke posisi US$ 3.432,18 per troy ons. Penguatan dalam sehari ini melanjutkan tren positif yang berlangsung selama tiga hari beruntun. 

Jadi kalau ditarik mundur, selama seminggu ini harga emas sudah naik 3,70%, menandai dua pekan beruntun dalam posisi hijau dan semakin mendekati level All Time High (ATH) secara intraday di US$ 3500 per troy ons, ini pernah dicapai pada 21 April 2025 lalu. 

Harga emas semakin melambung setelah serangan Israel ke Iran pada Jumat pagi (13/6/2025). Kondisi memanas karena Iran menyerang balik Israel.

Rudal-rudal Iran menggempur Tel Aviv sebagai balasan atas serangan udara mendadak Israel pada Jumat pagi, sementara Teheran bersumpah akan membuka "gerbang neraka" pada Jumat malam.

Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa akan ada serangan lanjutan dan mengatakan upaya Israel untuk menghancurkan program nuklir Iran baru saja dimulai.

Pada Jumat malam, Iran dan Israel melaporkan gelombang baru serangan rudal dari Iran, dengan ledakan terdengar di atas Yerusalem. Di bagian utara Teheran, warga melaporkan adanya ledakan baru, sementara kantor berita resmi Iran, IRNA, menyatakan bahwa Israel telah melancarkan serangan lanjutan.

Seorang juru bicara militer Israel sebelumnya mengatakan bahwa Iran telah menembakkan hingga 100 rudal dalam beberapa gelombang pada malam itu, dan sebagian besar telah berhasil dicegat atau meleset dari sasaran, namun beberapa di antaranya tampaknya berhasil menembus sistem pertahanan berlapis Israel.

Di sisi lain Pernyataan terbaru Presiden AS Donald Trump yang memindahkan personel militer dari wilayah tersebut karena dianggap "terlalu berbahaya", disambut respons keras dari Iran. Menteri Pertahanan Iran Aziz Nasirzadeh menegaskan bahwa jika Iran diserang, maka pangkalan militer AS akan menjadi target balasan. Ketegangan ini kembali memantik permintaan terhadap aset lindung nilai seperti emas.

Selain itu, data inflasi AS terbaru juga mendukung ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter. Indeks harga produsen (PPI) untuk Mei hanya naik 0,1% (month-to-month), lebih rendah dari ekspektasi pasar 0,2%. Data ini memperkuat kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan The Fed mulai September 2025. CME FedWatch Tool menunjukkan probabilitas penurunan suku bunga pada September melonjak menjadi 80%.

Komentar Presiden Trump yang kembali menyindir Ketua The Fed Jerome Powell sebagai "numbskull" atau "bodoh" juga menambah tekanan pasar terhadap The Fed.

Trump bahkan menyebut bahwa pemangkasan suku bunga sebesar dua poin persentase akan menghemat AS hingga US$600 miliar per tahun. Tekanan politik ini semakin mendorong spekulasi bahwa The Fed akan beralih dari mode wait-and-see ke pelonggaran nyata dalam rapat mendatang.

Goldman Sachs kembali menegaskan proyeksinya bahwa pembelian emas oleh bank sentral yang kuat secara struktural akan mendorong harga emas ke $3.700/ons pada akhir 2025 dan $4.000 pada pertengahan 2026. BofA melihat peluang emas naik ke $4.000/ons dalam 12 bulan ke depan.

Di pasar fisik, permintaan emas di pusat-pusat utama Asia melemah pekan ini karena harga melonjak, dengan harga di India melampaui level psikologis INR 100.000.

Namun, sejumlah analis analis tetap berhati-hati untuk memprediksi rekor tertinggi baru pada minggu depan kendatii harga emas telah menembus level resistance jangka pendek.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |