Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah resmi memberlakukan larangan sementara impor scrap metal atau besi tua. Langkah ini menjadi buntut dari temuan kontaminasi radioaktif Cesium-137 (Cs-137) pada produk udang dan cengkih Indonesia oleh badan pengawas obat dan makanan AS, FDA, beberapa waktu lalu.
Ketua Divisi Diplomasi dan Komunikasi Publik Satuan Tugas (Satgas) Cesium-137 Bara Hasibuan mengatakan, pemerintah telah memutuskan untuk mengetatkan aturan impor scrap metal sebagai upaya pencegahan sementara.
"Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengetatan terhadap importasi scrap metal, dalam arti Kementerian Lingkungan Hidup tidak akan memberikan rekomendasi sementara terhadap importasi scrap metal," ujar Bara saat konferensi pers di kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Rabu (8/10/2025).
Ia menegaskan, rekomendasi dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) merupakan syarat utama bagi perusahaan untuk bisa melakukan impor scrap metal.
"Jadi rekomendasi dari Kementerian Lingkungan Hidup itu adalah kunci untuk bisa melakukan importasi scrap metal. Kalau Kementerian Lingkungan Hidup tidak memberikan rekomendasi maka importasi otomatis tidak bisa dilakukan," ujarnya.
Bara menjelaskan, kebijakan penghentian rekomendasi ini belum bersifat permanen. Pemerintah masih melakukan penelusuran (tracing) terhadap sumber pasti kontaminasi Cs-137.
"Jadi sementara itu, karena kita anggap bahwa sumber dari kontaminasi Cesium 137 adalah dari importasi scrap metal, itu satu kemungkinan. Kita belum sampai kepada kesimpulan," terang dia.
"Jadi untuk sementara, Kementerian LH akan menghentikan pemberian rekomendasi importasi dari scrap metal. Karena pemberian rekomendasi itu adalah kunci untuk supaya salah satu persyaratan utama, supaya bisa dilakukan importasi scrap metal," sambungnya.
Saat ditanya apakah kebijakan ini mengarah ke moratorium permanen atau perubahan aturan di tingkat peraturan menteri, Bara menegaskan langkah pemerintah masih bersifat sementara.
"Ya, pokoknya sementara kita tidak akan memberikan rekomendasi melalui Kementerian LH," tegasnya.
Bara menuturkan, penghentian ini akan berlaku hingga pemerintah memperoleh kesimpulan pasti mengenai sumber kontaminasi.
"Sampai nanti pada kesimpulan, sumber dari kontaminasi itu di mana. Kita kan masih melakukan tracing terus, dari Bapeten (Badan Pengawas Tenaga Nuklir), dari Kementerian LH, kemudian dari Bareskrim juga. Jadi sampai betul-betul kita harus melakukan semacam root cause analysis (analisis akar penyebabnya)," jelas Bara.
Sudah Lama Diidentifikasi, RI Kecolongan?
Dia mengungkapkan, pihaknya sebenarnya telah mengidentifikasi sumber kontaminasi sejak lama. Namun, penyelidikan masih berlanjut untuk mengetahui bagaimana scrap metal yang terkontaminasi Cs-137 bisa sampai ke pabrik baja PT Peter Metal Technology di Cikande, Banten.
"Sumber kontaminasi sudah kita identifikasi, sudah lama itu ya. Tapi bagaimana scrap metal yang terkontaminasi itu bisa sampai ke lokasi pabrik PT Peter Metal itu, itu masih kita selidiki," ujarnya.
"Kita belum bisa pada kesimpulan bagaimana kok bisa gitu ya, ada scrap metal yang terkontaminasi berada di lokasi pabrik besi baja yang dimiliki oleh PT Peter Metal itu," lanjut Bara.
Menanggapi pertanyaan apakah kasus ini menunjukkan pemerintah kecolongan, Bara tidak menampik dan menyebut kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi seluruh pihak terkait.
"Ya artinya ini kan pelajaran bagi pemerintah bahwa kita harus memperketat pengawasan terhadap distribusi dari barang-barang yang memang mengandung Cesium 137," ucapnya.
Ia menambahkan, Cesium-137 sebenarnya juga digunakan di berbagai sektor, seperti alat medis, kegiatan industri, hingga pemetaan dan fotografi. Juga di sektor pertambangan, minyak, dan gas. Karena itu, pemerintah kini tengah melakukan analisis menyeluruh untuk memastikan tidak ada lagi celah kebocoran distribusi bahan berisiko tinggi tersebut.
"Jadi itu semua sedang kita analisa ya bagaimana... tapi yang penting sekarang ini, restriction awal yang kita terapkan adalah pada importasi scrap metal. Yang kita duga itu menjadi salah satu sumber ya, bahwa scrap metal terkontaminasi itu beredar di Indonesia sampai kemudian menimbulkan kontaminasi pada produk makanan," pungkas Bara.
Foto: Konferensi pers terkait Penanganan Kerawanan Bahaya Radioaktif Cs-137 di kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Rabu (8/10/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizki)
Konferensi pers terkait Penanganan Kerawanan Bahaya Radioaktif Cs-137 di kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Rabu (8/10/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizki)
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Petaka Nuklir! Serangan Israel ke Iran Picu Kontaminasi Radioaktif