Revolusi Senyap Pasar Halal: Ketika Bisnis Dunia Berlomba Meraih 'Stempel Emas'

1 day ago 3

Oleh : Sekretaris Dewan Pakar Majelis Pimpinan Pusat KaFoSSEI, Mega Oktaviany

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah revolusi senyap tengah mengguncang lanskap ekonomi global, dimotori oleh kebangkitan pasar halal yang kini menjadi kekuatan tak terbantahkan. Di tengah arus deras transformasi ini, label halal telah menjelma menjadi 'Stempel Emas', simbol prestise, jaminan kualitas, dan magnet ekonomi yang menurut laporan State of the Global Islamic Economy Report diperkirakan akan mencapai nilai sekitar 7,7 triliun dolar AS pada tahun 2025, diperebutkan dengan sengit.

Menariknya, arena persaingan ini tidak lagi didominasi oleh negara-negara dengan mayoritas Muslim, melainkan raksasa ekonomi seperti Amerika Serikat dan Jepang, hingga pemain regional strategis semisal Thailand, kini berada di garis depan perlombaan, menandakan pergeseran fundamental dalam dinamika bisnis internasional.

Dari Ceruk Pasar Menuju Arus Utama Global

Revolusi produk halal telah mengubah lanskap pasar global, di mana salah satu pilar utamanya adalah pergeseran dari sekadar pasar ceruk (niche market) menjadi komponen integral dalam arus utama (mainstream) penawaran produk global. Dahulu, produk halal identik dengan kebutuhan spesifik komunitas Muslim, yang kini populasinya diperkirakan telah melampaui 2 miliar orang secara global dengan daya beli yang terus meningkat signifikan.

Kini, situasinya berbalik. Upaya proaktif perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat untuk mendapatkan sertifikasi halal bagi produk mereka, mulai dari makanan olahan hingga kosmetik, serta kemudahan menemukan restoran dan produk halal di kota-kota metropolitan seperti Tokyo yang secara agresif mempromosikan pariwisata ramah Muslim, sektor yang diproyeksikan akan terus tumbuh pasca-pandemi adalah bukti nyata bahwa halal telah melampaui batas demografi tradisionalnya.

Globalisasi, meningkatnya kesadaran konsumen, dan daya beli komunitas Muslim global yang terus tumbuh menjadi motor penggerak utama transformasi ini. Lebih lanjut, pergeseran ini diperkuat oleh persepsi bahwa sertifikasi halal kini semakin dianggap sebagai indikator tambahan untuk kualitas, kebersihan, dan keamanan produk, yang menarik minat konsumen dari berbagai latar belakang, termasuk non-Muslim.

Proses sertifikasi halal yang menuntut ketertelusuran (traceability) bahan baku, standar kebersihan yang tinggi dalam proses produksi dan jaminan bebas dari kontaminan tertentu, secara inheren membangun citra produk yang lebih terpercaya. Inilah mengapa banyak perusahaan di Amerika Serikat dan Eropa bersedia berinvestasi besar dalam proses sertifikasi halal, karena mereka tidak hanya membidik konsumen Muslim, tetapi juga segmen konsumen yang lebih luas yang peduli akan aspek kesehatan, etika, dan kualitas produk secara keseluruhan, menjadikan "stempel emas" halal semacam jaminan mutu universal.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |