Shutdown Amerika: Bencana di Washington, Berkah di Jakarta?

3 hours ago 1
  • Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam, IHSG melemah sementara rupiah menguat
  • Wall Street kompak menguat di tengah shutdown pemerintah AS
  • Shutdown AS, data inflasi hingga kebijakan pemerintah akan menggerakkan pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air lagi-lagi tak berjalan senada. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona merah, sementara rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat dan telah mencatatkan penguatan selama empat hari beruntun.

Diperkirakan IHSG akan cenderung melemah di sisa hari-hari terakhir akhir pekan, sementara rupiah berpeluang kembali menguat usai resminya penutupan pemerintahan Amerika Serikat (AS) yang mendorong pelemahan dolar AS.

Masih terdapat beberapa rilis data ekonomi yang dapat mendorong volatilitas perdagangan. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.

IHSG pada perdagangan kemarin, Rabu (1/9/2025) ditutup melemah 0,21% di level 8.043,82. IHSG sudah melemah selama dua hari beruntun.

Sebanyak 300 saham naik, 400 saham turun, dan 257 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 23,78 triliun, yang melibatkan 57,9 miliar saham dalam 2,8 juta kali transaksi.

Mengutip Refinitiv, utilitas dan finansial menjadi pemberat indeks. Masing-masing sektor tersebut turun -1,74% dan -1,42%.

Hal tersebut seiring dengan saham-saham bank jumbo yang menjadi pemberat. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang turun 2,31% membebani IHSG sebesar -14,9 indeks poin, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) -8,96 indeks poin, dan BBNI -1,79 indeks poin.

Lalu saham-saham energi dan tambang juga menyeret indeks ke zona merah. PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang turun 3,81% menyumbang -8,66 indeks poin, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) membebani 8,57 indeks poin, dan Dian Swastika Sentosa (DSSA) -2,7 indeks poin.

Sementara itu, saham-saham yang tampil ciamik dan menjadi penopang IHSG adalah PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) naik 24,7% ke Rp1.565, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) naik 3,8% ke Rp284.050, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) naik 11,31% ke Rp935, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) naik 18,01% ke Rp950, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) naik 8,05% ke Rp161.

Adapun sepanjang bulan lalu IHSG menguat 2,94%. Indeks ditutup pada rentang 7.628,61 - 8.126,56.

Reli pada September didorong oleh pemangkasan suku bunga BI menjadi 4,75% dan gebrakan baru dari Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Di antaranya pemberian likuiditas terhadap bank Himbara hingga tidak adanya kenaikan tarif cukai tembakau (CHT) untuk 2026.

IHSG juga didorong oleh tingginya transaksi harian yang mencapai di atas Rp30 triliun hingga Rp69 triliun, yang terjadi sepanjang Agustus hingga September 2025.

Pada bulan ini, IHSG diperkirakan akan kembali melanjutkan reli. Hal ini didorong oleh banyak sentimen positif yang akan mulai berjalan di periode ini.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tembus level di atas 5,5% pada kuartal IV-2025.

Penyebabnya, pemerintah tengah fokus melakukan ekspansi fiskal dengan menggelontorkan dana menganggur pemerintah, memberikan stimulus ekonomi, hingga dukungan Bank Indonesia melalui kebijakan moneter longgar.

Purbaya bilang berbagai kebijakan itu baru akan mulai berefek pada akhir tahun karena pada kuartal III-2025 masih banyak permasalahan yang membuat tekanan ekonomi. Mulai dari demonstrasi hingga tekanan kurs.

Beralih ke rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu (1/10/2025) kembali menguat ke posisi Rp16.600/US$ atau terapresiasi 0,36%. Penguatan ini menjadi penguatan rupiah terhadap dolar AS selama empat hari beruntun.

Penguatan rupiah pada perdagangan kemarin, sangat dipengaruhi oleh pelemahan indeks dolar AS dan rilis data inflasi dalam negeri.

DXY kembali melanjutkan penurunan dalam empat hari beruntun, setelah pemerintah AS resmi shutdown untuk pertama kali sejak 2018, akibat dari kebuntuan antara pemerintah dengan oposisi partai Demokrat dalam menyepakati pendanaan.

Kondisi ini memicu kekhawatiran pelaku pasar seiring dengan sejumlah layanan publik yang berisiko akan tidak beroperasi, termasuk rilis laporan ketenagakerjaan bulanan yang sangat ditunggu investor. Dengan ketidakpastian ini, pelaku pasar kini lebih banyak mengandalkan data ketenagakerjaan versi swasta, seperti laporan ADP, sebagai acuan.

Hal ini membuat volatilitas pada dolar AS meningkat dengan kecenderungan terjadinya koreksi.

Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi September 2025 sebesar 0,21% (mtm), berbalik dari deflasi 0,08% pada Agustus.

Tekanan harga terutama datang dari kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi 0,38%, didorong oleh kenaikan harga cabai merah dan daging ayam ras yang masing-masing memberi andil inflasi 0,13%.

Secara keseluruhan tekanan inflasi dari tahun ke tahun pada September 2025 mencapai 2,65% (yoy) dengan inflasi tahun kalender 1,82%.

Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Rabu (1/10/2025) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun turun 0,10% di level 6,23%. Sebagai informasi, imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN).

Begitu pun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).

Pages

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |