Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah pendiri startup di Silicon Valley beralih dari 'jualan' produk konsumen ke bisnis senjata berteknologi tinggi. Fenomena ini memanfaatkan sentimen perang dan kebutuhan senjata militer otomatis.
Salah satu contoh paling mencolok adalah Allen Control Systems, startup yang kini menjual senapan mesin otonom bertenaga kecerdasan buatan (AI) bernama "Bullfrog".
Allen Control Systems dipimpin oleh Steven Simoni, mantan pendiri startup yang mendapatkan hasil penjualan layanan keuangan kepada DoorDash senilai US$125 juta pada 2022.
Perusahaan itu mengantongi dana sekitar US$40 juta, termasuk putaran yang dipimpin Craft Ventures, dan mengklaim telah mendapatkan kontrak prototipe dengan Angkatan Darat AS serta pasukan operasi khusus. Produk andalannya, Bullfrog, dipasarkan dengan harga sekitar US$350.000 per unit.
Bullfrog dirancang untuk menjatuhkan drone kecil yang menjadi ancaman di medan perang modern. Perangkat ini mampu berputar cepat dan menargetkan sasaran secara otomatis.
Namun, uji coba lapangan juga menampilkan kegagalan, dalam satu demo, senapan sempat macet sehingga beberapa drone lolos tanpa kerusakan. Allen mengatakan produk tersebut masih dalam tahap pengembangan dan diharapkan siap pada akhir tahun.
Peralihan startup teknologi ke sektor pertahanan itu terjadi di tengah konflik di Ukraina dan Timur Tengah, serta meningkatnya ketegangan geopolitik. Model bisnis baru ini kerap mengikuti pola: mengembangkan prototipe di Silicon Valley, menggalang dana ventura, kemudian mencari pembeli besar di kalangan militer dan pemerintah.
Menurut sumber perusahaan, Allen memanfaatkan jaringan politik dan militer untuk mempercepat penjualan. Pendiri seperti Simoni kerap tampil di media, menyelenggarakan acara untuk pejabat militer dan penggalangan dana politik, serta menjadi pembicara di forum-forum yang dihadiri investor besar.
Jaringan ini dilaporkan membuka akses ke pertemuan dengan pejabat Pentagon dan pejabat pembuat kebijakan AS, demikian dikutip dari laporan Reuters, Kamis (2/10/2025).
Meski mendapat sambutan di kalangan investor dan beberapa komandan militer, langkah ini menuai kritik. Pengamat menilai hype dan tekanan untuk cepat menghasilkan prototipe bisa membahayakan bila produk belum matang.
Respons dari sejumlah pihak terkait, termasuk Craft Ventures serta beberapa politisi yang disebut dalam pemberitaan, belum diterima untuk dimuat. Sementara itu, Angkatan Darat AS menyatakan sedang dalam proses memberikan kontrak kepada Allen Control Systems untuk mengevaluasi potensi integrasi Bullfrog ke platform yang ada.
Selain senapan mesin otonom, Allen Control Systems juga mengembangkan perangkat lain seperti laser dazzler yang dapat mengganggu sensor drone, serta varian udara dari Bullfrog yang dinamai "Scourge". Perusahaan bahkan berencana melakukan pencatatan publik lewat SPAC pada tahun depan, berharap minat investor ritel terhadap perusahaan senjata bertenaga AI akan tinggi.
Reuters melaporkan bahwa Simoni adalah bagian dari generasi pendiri startup baru yang memanfaatkan peralihan Silicon Valley ke teknologi militer, karena perang di Ukraina dan Timur Tengah, serta meningkatnya ketegangan dengan China.
Kondisi ini menggarisbawahi gencarnya AS mempersiapkan diri menghadapi masa depan peperangan. Para pendiri startup agaknya terinspirasi dan mengikuti jejak pendiri Anduril, Palmer Luckey, dan CEO Palantir, Alex Karp.
Para startup yang dulunya menjual aplikasi konsumen kini mengembangkan kawanan drone, satelit mata-mata, kapal otonom, dan teknologi mematikan lainnya, sekaligus meningkatkan popularitas dari para pemodal ventura dan Pentagon.
"Saya benci perang, tetapi perang akan selalu terjadi. Jadi, pasti akan ada orang yang akan membuat produk semacam ini pada akhirnya," kata Simoni.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 10 Startup Teratas di Program NextDev Telkomsel, dari Gigi sampai AI