Badai Data di Depan Mata dan Shutdown AS: RI Hadapi Pekan Menegangkan

4 hours ago 1
  • Pasar keuangan Tanah Air bergerak senada, IHSG dan rupiah menguat, hingga obligasi kembali diminati investor
  • Wall Street masih kompak menguat pada akhir pekan lalu
  • Data ekonomi dalam dan luar negeri serta shut down AS masih menjadi perhatian pelaku pasar pada pekan ini.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air berhasil mencatatkan performa yang cukup kompak pada perdagangan pekan lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah berhasil menguat, serta yield obligasi berhasil turun yang menandakan tengah diburu oleh para investor.

Pasar keuangan Indonesia hari ini hingga sepanjang pekan diharapkan dapat berada di zona positif. Selengkapnya mengenai sentimen pasar dapat dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Sepanjang pekan lalu, IHSG berada di zona hijau dengan kenaikan 0,23% ke level 8.118,30.

Pada perdagangan terakhir, Jumat (3/10/2025), IHSG mengalami kenaikan hingga 0,59% dengan nilai transaksi mencapai Rp22,99 triliun dan melibatkan 45,53 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 2,56 juta kali. Sebanyak 259 saham menguat, 403 melemah, dan 136 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor utilitas memimpin penguatan dengan naik 3,69%, disusul industri yang menguat 2,41%, konsumer non-siklikal sebesar 1,76%, teknologi 1,71%, dan properti 1,03%.

Sementara itu, dua sektor terpantau melemah, yakni keuangan yang turun 0,17% dan kesehatan 0,74%.

Dari sisi emiten, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penyumbang utama penguatan IHSG dengan kontribusi 14,29 indeks poin, diikuti dua emiten teknologi yakni PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) dengan 7,21 indeks poin, dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) sebesar 6,46 indeks poin.

Sebaliknya, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) tercatat menjadi penekan terbesar IHSG dengan kontribusi 6,87 indeks poin, disusul PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar 4,40 indeks poin.

Beralih ke nilai tukar, mata uang Garuda ditutup menguat 0,30% ke level Rp16.530.US$ pada perdagangan Jumat (3/10/2025). Dalam sepakan perdagangan, rupiah berhasil konsisten ditutup dalam zona penguatan, bahkan penguatan telah terjadi sejak 26 September 2025 atau dalam enam hari beruntun.

Penguatan rupiah ini ditopang oleh efek dari penutupan pemerintahan AS yang membuat tertekannya indeks dolar AS (DXY) dalam beberapa waktu belakangan.

Greenback masih menghadapi tekanan seiring dengan terjadinya penutupan pemerintahan AS sejak 1 Oktober 2025 dan belum ada kepastian sampai kapan shutdown ini akan berlangsung.

Kebuntuan politik antara presiden AS Donald Trump dan oposisi Demokrat terkait anggaran fiskal 2026 membuat sentimen pasar kian khawatir akan prospek perekonomian AS kedepannya.

Namun, di sisi lain, prospek kebijakan The Federal Reserve yang semakin dovish turut menjadi katalis positif bagi rupiah. Berdasarkan CME FedWatch Tool, pelaku pasar memperkirakan hampir pasti sekitar 90%, The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan Oktober dan kemungkinan tambahan pemangkasan 25 bps lagi di Desember.

Ekspektasi ini membuat meningkatnya permintaan terhadap aset emerging markets, termasuk rupiah.

Adapun dari pasar obligasi Tanah Air, imbal hasil Surat Berhasil Negara (SBN) yang bertenor 10 tahun terpantau turun 0,09% ke level 6,327% pada akhir pekan lalu Jumat (3/10/2025), dari 6,333% pada perdagangan sehari sebelumnya.

Sebagai catatan, imbal hasil SBN berbanding terbalik dengan harga. Imbal hasil yang sedang turun, artinya SBN tengah dibeli oleh investor yang membuat harganya naik.

Pages

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |