REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember mencatat sejumlah bangunan yakni madrasah, beberapa rumah, dan pondok pesantren di kabupaten setempat terdampak gempa bumi dengan magnitudo 6,5 di perairan Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Kepala BPBD Jember Indra Tri Purnomo menyatakan, lima bangunan rusak akibat gempa yakni dinding kamar warga Desa Panduman di Kecamatan Jelbuk.
"Kemudian atap Madrasah Ibtidaiyah Arrohman, dan Raudatul Athfal Arrojaul Hayat di Desa/Kecamatan Sukorambi juga ambruk," kata dia.
Gempa bumi Sumenep juga menyebabkan robohnya atap ruang tengah Pondok Pesantren Al-Kawtsar di Desa Kemuningsari Lor di Kecamatan Panti, kemudian rumah warga Desa Lojejer di Kecamatan Wuluhan juga roboh, dan dinding tembok belakang rumah warga di Desa Karangpring Kecamatan Sukorambi juga rusak. "Kami mengimbau kepada seluruh masyarakat Jember untuk tidak panik dan selalu memperbarui informasi terkini terkait gempa bumi di laman resmi BMKG," katanya.
Indra mengimbau masyarakat juga meningkatkan kewaspadaan dini dan keluarga dalam menghadapi bencana gempa bumi untuk mengurangi dampak risiko buruk yang mungkin terjadi. Gempa berkekuatan magnitudo 6,5 mengguncang wilayah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Selasa (30/9) malam sekitar pukul 23.49 WIB. Pusat gempa ini berada pada koordinat 7.25 lintang selatan, 114.22 bujur timur, dengan episenter gempa berada di laut 50 kilometer tenggara Sumenep di kedalaman 11 kilometer.
"Gempa tidak berpotensi tsunami," demikian siaran Pers Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang dipantau di Pamekasan, Jawa Timur, Rabu pagi.
Gempa yang terjadi di perairan Sumenep ini juga dirasakan warga di Kabupaten Pamekasan, Sampang dan sebagian di Kabupaten Bangkalan. "Laporan dari forum BPBD dan relawan penanggulangan bencana se-Madura di grup WA kami menyebutkan, bahwa teman-teman di kabupaten lain juga merasakan," kata juru bicara Forum BPBD Madura, Budi Cahyono.
BMKG mencatat telah terjadi empat kali gempa susulan dari gempa bumi magnitudo 6,5 yang mengguncang Sumenep, Jawa Timur, Selasa (30/9) pukul 23.49 WIB. "Gempa susulan sebanyak empat kali ini, terjadi hingga pukul 00.29 WIB, Rabu pagi, dari kejadian awal pada pukul 23.49 WIB pada Selasa (30/9) malam, dengan magnitudo terbesar 4,4," kata Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, dalam keterangan pers yang disampaikan kepada media, Rabu pagi.
Pusat gempa yang terjadi di kabupaten paling timur Pulua Madura tersebut berada pada koordinat 7.25 lintang selatan,114.22 bujur timur, dengan episenter gempa berada di laut 50 kilometer tenggara Sumenep dan Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep di kedalaman 11 kilometer. Menurut Daryono, jenis gempa bumi yang terjadi di Sumenep itu adalah gempa tektonik, yakni gempa dangkal yang disebabkan adanya aktivitas sesar aktif bawah laut.
"Gempa bumi ini berdampak dan dirasakan di daerah Pulau Sapudi V-VI MMI (Semua orang merasakan getaran dan terjadi kerusakan ringan), daerah Sumenep, Pamekasan dan Surabaya dengan skala intensitas III-IV MMI, Getaran dirasakan nyata dalam rumah," katanya.
Getaran gempa juga dirasakan di daerah Tuban, Denpasar, dan Gianyar dengan skala intensitas III MMI, daerah Tabanan, Buleleng, Kuta dan Banyuwangi dengan skala intensitas II-III MMI. Daerah lain yang terpantau juga merasakan getaran gempa di Sumenep dan Pulau Sapudi itu adalah Lombok Utara, Kota Mataram, Lombok Tengah, Malang dan Blitar dengan skala intensitas II MMI.
"Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," katanya, menjelaskan.
Pihak BMKG mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Warga terdampak juga diminta untuk menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
"Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi," katanya.