REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai negara terluas di dunia, Rusia menghadapi tantangan unik dalam menyatukan komunitas Muslim yang tersebar di berbagai wilayah dengan jarak antarkota yang jauh. Kondisi ini memengaruhi cara Perhimpunan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Rusia dalam mengorganisasi kegiatan, termasuk saat perayaan Idul Adha.
Ketua PCIM Rusia, Fath Audi Aldikamil Ibrahim, menjelaskan, momentum hari raya ini dimanfaatkan untuk memperkuat silaturahmi. Bagaimanapun, pihaknya tetap beradaptasi dengan regulasi dan budaya setempat.
Pemotongan hewan kurban menjadi salah satu aspek yang membutuhkan koordinasi khusus. Di Rusia, PCIM bekerja sama dengan KBRI, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), dan Perhimpunan Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) agar prosesi ini bisa dilaksanakan secara kolektif.
Lokasi penyembelihan dipusatkan di kota-kota dengan populasi Muslim Indonesia terbesar, seperti Moskow dan Kazan. Kolaborasi ini tidak hanya efisien, tetapi juga menjawab tantangan regulasi lokal yang ketat.
Untuk diketahui, aturan penyembelihan hewan di Rusia sangat bergantung pada demografi wilayah. Di daerah mayoritas non-Muslim, semisal Novosibirsk, hewan kurban hanya boleh dipotong di rumah pemotongan resmi dengan standar kesehatan yang ketat.
Adapun di Republik Tatarstan, Dagestan, atau Chechnya—wilayah Rusia dengan populasi Muslim signifikan—prosesi bisa dilakukan di masjid atau lokasi terbuka dengan fleksibilitas yang lebih tinggi. Perbedaan ini memengaruhi bagaimana komunitas Muslim Indonesia di san merancang agenda mereka.
"Di daerah-daerah mayoritas non-Muslim, kami tidak bisa asal potong (hewan kurban). Harus di tempat rumah pemotongan dan ada standar-standarnya. Berbeda jika pemotongan dilaksanakan di daerah Kazan, Republik Tatarstan, Dagestan, ataupun Chechnya, proses penyembelihan dapat langsung dilakukan di masjid-masjid,” ujar Fath menjelaskan, seperti dikutip dari laman resmi Muhammadiyah, Sabtu (7/6/2025).
Idul Adha di Rusia juga mencerminkan dualitas pengalaman. Di wilayah Muslim, hari raya ini diakui sebagai libur resmi oleh pemerintah setempat.
Usai salat id, warga berkumpul untuk ramah-tamah, saling mengunjungi, dan memasak bersama.