Dirjen Pendis: Setiap Mahasiswa Harus Jadi Pribadi yang Bawa Manfaat

3 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama mengingatkan mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) agar tidak membeda-bedakan latar belakang agama atau suku dalam menebarkan kebaikan.

"Saya ingin mengutip pesan Gus Dur: tidak penting apa agamamu dan sukumu. Jika kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak akan pernah bertanya apa agamamu," ujar Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Amien Suyitno di Jakarta, Rabu.

Pernyataan Suyitno tersebut disampaikan saat membuka kegiatan Akademi Kepemimpinan Mahasiswa Nasional (AKMINAS) 2025 di Auditorium HM Rasjidi, Kantor Kemenag RI, Jakarta.

Akademi Kepemimpinan Mahasiswa Nasional merupakan program yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama RI untuk membentuk calon-calon pemimpin muda yang unggul, berakhlak mulia, dan berkarakter kebangsaan.

Kegiatan ini bertujuan menyiapkan mahasiswa untuk menjadi pemimpin masa depan Indonesia yang tangguh, inovatif, dan inklusif, terutama dalam menyongsong bonus demografi dan mewujudkan Indonesia Emas 2045. AKMINAS juga menekankan pentingnya akhlak, kemandirian intelektual, dan kemandirian ekonomi sebagai bekal utama bagi mahasiswa.

Dalam pelaksanaannya, AKMINAS mengadopsi format yang komprehensif dengan menggabungkan sesi daring dan luring. Mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) lintas agama diseleksi untuk mengikuti rangkaian kegiatan ini.

Mereka tidak hanya dibekali dengan wawasan kebangsaan, Pancasila, dan NKRI, tetapi juga bertemu langsung dengan narasumber ternama dari kalangan menteri dan pengusaha untuk mendapatkan inspirasi dan transfer pengetahuan. Dengan demikian, program ini menjadi wadah yang efektif untuk menempa bakat kepemimpinan mahasiswa, menumbuhkan toleransi, serta mempersiapkan mereka sebagai agen perubahan di tengah masyarakat.

Pribadi pembawa manfaat

Suyitno menegaskan setiap mahasiswa harus menjadi pribadi yang membawa manfaat bagi sesama dan lingkungan sekitar tanpa memandang perbedaan keyakinan.

Ia juga mengutip hadis Nabi Muhammad SAW bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

"Teruslah menjadi manusia yang bermanfaat, karena semua yang kita lakukan akan selalu meninggalkan jejak," kata dia.

Menurut Amin, mahasiswa peserta AKMINAS disiapkan menjadi calon pemimpin masa depan yang mampu mengelola keberagaman. Kepemimpinan, kata dia, bukan hanya lahir dari keseragaman, melainkan tumbuh dari kemampuan mengelola perbedaan.

"Ada filosofi yang mengatakan, yang sama jangan dibeda-bedakan, yang berbeda jangan disama-samakan," ujarnya.

Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kemenag Sahiron mengatakan AKMINAS 2025 dilaksanakan dalam dua tahap, yakni daring dan luring. Tahap daring telah digelar beberapa hari sebelumnya, sedangkan tahap luring berlangsung pada 8-11 Oktober 2025.

Kegiatan ini diikuti oleh 1.192 mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi Keagamaan di Indonesia, mencakup Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.

Setelah melalui seleksi administratif, penilaian komitmen, serta peninjauan potensi kepemimpinan, terpilih 100 mahasiswa terbaik untuk mengikuti tahap luring di Jakarta.

Ia menjelaskan AKMINAS bukan sekadar forum pelatihan kepemimpinan, melainkan juga ruang kolaboratif lintas iman dan lintas kampus untuk menumbuhkan nilai-nilai kemandirian, toleransi, dan moderasi beragama di kalangan mahasiswa.

"Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa Kementerian Agama adalah rumah bersama bagi seluruh umat, tempat di mana moderasi, kerukunan, dan semangat kebangsaan tumbuh berdampingan," ujar dia.

sumber : Antara

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |