CNN Indonesia
Kamis, 02 Okt 2025 13:52 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Harga minyak dunia naik pada perdagangan Kamis (2/10), mengakhiri tren penurunan tiga hari beruntun. Kenaikan ini dipicu prospek sanksi lebih ketat terhadap ekspor minyak Rusia, meski ekspektasi peningkatan pasokan dari OPEC+ bulan depan membatasi penguatan harga.
Mengutip Reuters, harga minyak kontrak berjangka Brent menguat 15 sen atau 0,2 persen menjadi US$65,50 per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 14 sen atau 0,2 persen ke level US$61,92 per barel.
Sehari sebelumnya, baik Brent maupun WTI turun sekitar 1 persen, dengan Brent ditutup pada level terendah sejak 5 Juni dan WTI sejak 30 Mei.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Minat beli muncul saat WTI mendekati level support US$60, ditambah meningkatnya risiko geopolitik dan spekulasi sanksi lebih ketat terhadap minyak Rusia," kata Hiroyuki Kikukawa, Kepala Strategi Nissan Securities Investment.
Menteri keuangan negara-negara G7 pada Rabu (1/10) menyatakan akan meningkatkan tekanan terhadap Rusia dengan menargetkan pihak yang masih memperbesar pembelian minyak Rusia maupun yang membantu praktik penghindaran sanksi.
Selain itu, laporan Wall Street Journal menyebut AS akan memberikan intelijen kepada Ukraina untuk mendukung serangan rudal jarak jauh terhadap infrastruktur energi Rusia, termasuk kilang dan pipa minyak. Langkah ini bertujuan mengurangi pendapatan Kremlin dari ekspor energi.
Meski demikian, kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global akibat potensi penutupan pemerintahan AS serta ekspektasi kenaikan produksi OPEC+ menahan laju kenaikan harga.
Tiga sumber yang mengetahui rencana internal tersebut menyebutkan OPEC+ bisa menyetujui kenaikan produksi hingga 500 ribu barel per hari (bph) pada November, tiga kali lipat dari penambahan Oktober, sebagai bagian dari strategi Arab Saudi merebut kembali pangsa pasar.
Sementara itu, data Energy Information Administration (EIA) menunjukkan persediaan minyak mentah AS naik 1,8 juta barel menjadi 416,5 juta barel pada pekan yang berakhir 26 September. Persediaan bensin dan distilat juga meningkat seiring melemahnya aktivitas kilang dan permintaan.
(ldy/dhf)