Jakarta, CNN Indonesia --
Ketua Komite Nobel Jorgen Watne Frydnes mengungkapkan alasan bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump tak meraih Nobel Perdamaian 2025 meski mendapat dukungan dari sejumlah tokoh.
Pernyataan Frydnes menjawab pertanyaan bagaimana pandangan komite soal dukungan yang melimpah dari dan dalam negeri untuk Trump serta bagaimana kampanye tersebut berdampak ke putusan akhir komite.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam sejarah panjang Hadiah Nobel Perdamaian, saya rasa komite ini telah menyaksikan berbagai jenis kampanye, perhatian media. Kami menerima ribuan surat setiap tahun dari orang-orang yang ingin menyampaikan apa yang bagi mereka mengarah pada perdamaian," kata Frydnes.
Dia lalu berujar, "Komite ini duduk di sebuah ruangan yang penuh dengan potret semua pemenang dan ruangan itu dipenuhi dengan keberanian dan integritas."
Frydness tak secara jelas mengatakan alasan spesifik Trump tak meraih penghargaan tersebut. Namun, saat mengumumkan peraih penghargaan ini, dia menjelaskan kriteria orang yang pantas mendapatkannya.
Tahun ini komite memutuskan untuk memberi penghargaan ke pejuang demokrasi asal Venezuela Maria Corina Machado.
"Dia menerima Hadiah Nobel Perdamaian atas kerja kerasnya yang tak kenal lelah dalam memperjuangkan hak-hak demokrasi bagi rakyat Venezuela dan atas perjuangannya untuk mencapai transisi yang adil dan damai dari kediktatoran menuju demokrasi," kata Frydnes saat mengumumkan peraih nobel.
Demokrasi adalah prasyarat perdamaian abadi. Namun, saat ini demokrasi sedang mengalami kemunduran di banyak tempat, di mana semakin banyak rezim otoriter yang menantang norma dan menggunakan kekerasan.
Machando, kata Frydness, adalah pejuang perdamaian yang berani dan berkomitmen. Dia menjaga nyala api demokrasi di tengah kegelapan yang semakin besar di Venezuela.
Perempuan tersebut juga memenuhi ketiga kriteria yang tercantum dalam wasiat Alfred Nobel untuk pemilihan penerima Hadiah Perdamaian.
"Ia telah menyatukan oposisi di negaranya. Ia tak pernah goyah dalam melawan militerisasi masyarakat Venezuela. Ia teguh dalam mendukung transisi damai menuju demokrasi," lanjut ketua komite perdamaian ini.
Machando adalah pendiri organisasi yang fokus dalam pembangunan demokrasi di Venezuela, Sumate. Ia juga calon presiden dalam pemilihan umum (pemilu) 2024 lalu dari pihak oposisi.
Sebelum pengumuman itu muncul politikus dalam negeri AS mendukung Trump dan berharap dia mendapat penghargaan ini.
Dukungan juga muncul dari sekutu dekatnya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Support untuk Trump kian gencar usai Israel dan Hamas sepakat gencatan senjata fase pertama pada Rabu lalu.
Amerika Serikat, di bawah pimpinan Trump, merupakan salah satu mediator negosiasi Hamas-Israel. Meski jadi mediator, Negeri Paman Sam kerap membantu Israel dan tak pernah mengecam dengan keras agresi pasukan Zionis di Jalur Gaza.
Di dalam negeri, AS juga sedang panas. Pemerintah yang dikuasai Partai Republik melakukan shut down. Ribuan pegawai pemerintahan terdampak, banyak di antara mereka yang tak menerima gaji.
(isa/bac)