Jakarta, CNBC Indonesia - Nvidia, perusahaan paling berharga di dunia, tengah melakukan langkah defensif terhadap para skeptis yang mempertanyakan valuasi perusahaan US$4,5 triliun, turun dari rekor tertinggi US$5 triliun.
Kampanye informasi di Wall Street dan media sosial memicu kekhawatiran soal nasib Nvidia di masa depan. Minggu lalu, Nvidia mengeluarkan memo kepada analis berisi bantahan terhadap klaim yang dibuat oleh Michael Burry, yang dikenal melalui buku dan film The Big Short, serta penulis lain di Substack.
Burry, yang terkenal karena memasang taruhan melawan pasar perumahan AS sebelum krisis keuangan 2008, menjadi sorotan investor atas komentarnya terkait pasar dan ekonomi melalui newsletter barunya. Ia melemparkan kritik terhadap Nvidia, perusahaan milik Jensen Huang yang memiliki harta kekayaan US$156,6 miliar (sekitar Rp2.600 triliun) menurut Forbes.
Hal ini langsung ditanggapi secara defensif melalui memo balasan yang dipublikasikan firma riset Bernstein. Di dalamnya, Nvidia menanggapi esai Substack dari penulis lain yang mengklaim menggunakan analisis AI atas pengungkapan keuangan publik Nvidia untuk menunjukkan bahwa persediaan menumpuk dan pelanggan kesulitan membayar.
Nvidia juga memberikan bantahan perinci, merujuk pada pengungkapan publiknya, untuk menjelaskan mengapa perusahaan ini tidak seharusnya dibandingkan dengan kasus penipuan akuntansi historis seperti WorldCom, Lucent, atau Enron.
Namun, Nvidia mengakui bahwa chip Blackwell terbarunya memiliki margin laba kotor lebih rendah dan biaya garansi lebih tinggi dibandingkan model sebelumnya, karena kompleksitas Blackwell, demikian dikutip dari Reuters, Jumat (28/11/2025).
Nvidia belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar terkait memo tersebut.
Memo ini dipublikasikan oleh Bernstein sehari setelah saham Nvidia turun, menyusul laporan dari publikasi teknologi The Information yang menyebut Meta Platforms tengah berdiskusi dengan Alphabet untuk menggunakan chip AI Google yang bersaing dengan semikonduktor Nvidia.
Nvidia secara publik menanggapi berita tersebut di platform X, mengatakan pihaknya senang atas kesuksesan Google, namun menegaskan bahwa chip mereka tetap "satu generasi lebih maju" dibanding para pesaing.
Posting ini sendiri menimbulkan pertanyaan dan kritik dari pengguna X, yang mempertanyakan mengapa Nvidia menggunakan media sosial untuk membela diri dari Google, salah satu pelanggan utamanya.
"Pastinya ada seseorang di Nvidia yang menyadari betapa buruknya ini terlihat kan?" tulis Susan Zhang, peneliti di DeepMind Google.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

1 hour ago
2















































