REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI - Dahulu, menjadi mahasiswa cukup dengan datang ke kampus, mengikuti perkuliahan, lalu pulang. Pada masa itu, mengetik tugas di warnet sudah dianggap istimewa. Menyelesaikan studi dalam empat tahun tanpa hambatan berarti suatu pencapaian luar biasa.
Namun kini, dunia pendidikan tinggi telah berubah. Perkuliahan tidak lagi sekadar tentang nilai atau kelulusan, tetapi tentang bagaimana mahasiswa mampu beradaptasi dan berkembang di tengah dunia yang bergerak cepat dan penuh tantangan.
Mahasiswa masa kini hidup dalam realitas yang kompleks. Pagi menghadiri kuliah, siang aktif berorganisasi. Sore mencari penghasilan tambahan melalui pekerjaan lepas, malam mengikuti seminar daring untuk pengembangan diri, sambil di sela-selanya memikirkan arah masa depan.
Ini bukan gambaran idealis, melainkan potret nyata kehidupan mahasiswa saat ini. Mereka dituntut menjadi pribadi yang multitasking yakni cerdas, kreatif, tangguh, namun tetap mampu menampilkan ketenangan di tengah tekanan sosial yang intens.
Sementara itu, para orang tua memandang mereka dengan doa dan harapan besar agar anaknya sukses, segera memperoleh pekerjaan, dan menjalani kehidupan yang lebih baik. Namun di balik harapan itu, terselip kekhawatiran apakah perguruan tinggi benar-benar mampu menyiapkan mahasiswa menghadapi dunia kerja yang dinamis dan tidak pasti? Ataukah kampus hanya menjadi tempat menunggu datangnya keberuntungan?
Menjawab tantangan tersebut, Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) hadir sebagai Kampus Digital Kreatif yang berkomitmen tidak hanya mengedepankan aspek akademik, tetapi juga mengembangkan potensi pribadi mahasiswa secara menyeluruh. UBSI berupaya menjembatani dua dunia, antara teori yang dipelajari di ruang kelas dan keterampilan nyata yang dibutuhkan di dunia industri.
UBSI tidak ingin mahasiswanya hanya memahami teori algoritma tanpa mampu menunjukkan hasil karya konkret. Tidak ingin mereka hanya piawai melakukan presentasi di kelas, tetapi kesulitan berbicara di depan klien. Di kampus ini, proses belajar tidak berhenti pada nilai, melainkan berlanjut hingga tahap bagaimana mempersiapkan diri menghadapi kehidupan setelah wisuda.
“Kuliah di UBSI bukan hanya tentang mengejar gelar, tapi tentang mempersiapkan masa depan. Kami ingin mahasiswa punya ruang untuk berekspresi, berinovasi, dan membangun karakter. Karena dunia kerja sekarang lebih menghargai kepribadian dan kemampuan adaptasi daripada sekadar nilai” ujar Muhamad Tabrani, Kepala Kampus UBSI kampus Kaliabang.
Pernyataan tersebut mungkin terdengar klise di berbagai media promosi, namun pada kenyataannya, dunia kerja masa kini memang tidak hanya membutuhkan individu yang pintar, tetapi juga mereka yang tangguh dan mampu bertahan.
Mahasiswa UBSI didorong untuk tidak sekadar belajar demi kelulusan, melainkan belajar untuk menghadapi kehidupan. Mereka tidak hanya dibekali kemampuan teknis, tetapi juga dilatih untuk berkolaborasi, berempati, serta berkomunikasi secara efektif. Sebab di dunia profesional, kecerdasan intelektual harus berjalan beriringan dengan kecerdasan emosional dan sosial.
Inilah esensi kehidupan kampus yang sebenarnya. Dunia perkuliahan bisa menjadi ruang yang penuh tekanan, namun sekaligus menjadi tempat terbaik untuk menemukan jati diri. Dengan bimbingan yang tepat, tekanan dapat berubah menjadi dorongan untuk berkembang.