
Organisasi-organisasi kedaerahan menggabungkan diri menjadi Indonesia Muda pada akhir 1930. Namun, Sarekat Ambon yang sejak April 1930 dipimpin oleh J Latuharhary menolak langkah fusi itu.
Dorongan fusi, telah muncul pada 1926, disuarakan lewat Kongres Pemuda Indonesia Pertama. Namun, kongres ini tak menghasilkan keputusan dan setelah Kongres Pemuda Indonesia Kedua, dorongan itu semakin kuat.
Namun, penggabungan baru terlaksana setelah akhirnya Jong Java membubarkan diri dan memutuskan penggabungan pada akhir 1930. Mengapa Sarekat Ambon menolak bergabung?
Scroll untuk membaca
Scroll untuk membaca
Selain Sarekat Ambon, ada pula Jong Islamieten Bond (JIB) yang juga tidak bersedia bergabung. Menurut Agus Salim, JIB menolak melebur di Indonesia Muda karena kemunculan JIB pada 1925 sebenarnya merupakan jawaban dari kritik yang ia lontarkan kepada perkumpulan pemuda kedaerahan.
Seperti dikutip oleh Bung Hatta dalam “Kenang-kenangan kepada Hadji Agus Salim” yang dimuat di buku buku Hadji Agus Salim Pahlawan Nasional, JIB hadir sudah membawa persatuan Indonesia. Agus Salim mengkritik organisasi pemuda kedaerahan itu sebagai perkumpulan pemuda yang “tergantung di awang-awang”.
Mereka mendapat didikan Barat, lalu lupa agama. Berlagak kebarat-baratan, tetapi sikap rasional Baratnya tidak pernah dimiliki.
Menurut Agus Salim, mereka terkurung pada ide kedaerahan, kepulauan masing-masing. Namun mereka lupa tanah airnya yang sebenarnya, yaitu Hindia.
Setelah Kongres Pemuda Indonesia Pertama, lahir Jong Indonesia untuk menggelorakan persatuan Indonesia dan penggunaan bahasa Indonesia. Jong Indonesia yang berganti nama menjadi Pemuda Indonesia pada Desember 1927, pada akhirnya juga melebur ke dalam Indonesia Muda.
Indonesia Muda menjadi organisasi baru hasil peleburan Jong Java, Pemuda Sumatra (sebelumnya Jong Sumatranen Bond), Pemuda Indonesia (sebelumnya Jong Indonesia), Jong Celebes, dan Sekar Roekoen. Mengapa Sarekat Ambon tidak ikut fusi itu?
Sarekat Ambon memiliki alasan yang berbeda dengan JIB. Tidak bergabung di Indonesia Muda bukan berarti anti terhadap persatuan Indonesia yang digaungkan di dalam Kongres Pemuda Indonesia Kedua. Tidak.
Sarekat Ambon tidak keberatan organisasi pemuda kedaerahan bergabung ke dalam Indonesia Muda untuk mengobarkan persatuan Indonesia. Namun, ia keberatan jika keberadaan organisasi kedaerahan lantas dihalang-halangi.
Maluku berbeda dengan daerah lain. Meski pernah jaya di perdagangan internasional pada masa lalu lewat produksi cengkih dan rempah, tetapi Maluku di abad ke-20 jatuh dalam jurang kemiskinan. Banyak pemuda yang tergiur megadu nasib menjadi KNIL dan menjadi alat bagi Belanda menguasai wilayah lain di Indonesia.
“Masih terdapat begitu banyak perbedaan dalam pembangunan, karakteristik budaya, dan kehidupan ekonomi di antara berbagai wilayah Indonesia yang luas,” tulis majalah Haloean, organ Sarekat Ambon yang dipimpin Latuharhary.