Menkeu: Dampak Injeksi Dana Rp 200 Triliun Terlihat dalam Sebulan

2 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan bahwa dampak injeksi dana sebesar Rp 200 triliun ke bank-bank Himbara diperkirakan mulai terasa dalam waktu sekitar satu bulan. Proyeksi ini merujuk pada pengalaman serupa ketika pemerintah menyalurkan dana ke perbankan pada 2021 lalu.

“Pengalaman 2021, begitu kita injek ke sistem, setengah atau satu bulan sudah mulai kelihatan pembalikan arah kredit. Jadi saya pikir tidak terlalu lama lagi ekonomi lebih bergairah,” ujar Purbaya di Kantor Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Jakarta, Selasa (16/9/2025).

Ia menambahkan, selambat-lambatnya dampak penyaluran dana tersebut akan terlihat dalam empat bulan. Prediksi ini lebih cepat dibandingkan di Amerika Serikat, yang membutuhkan waktu hingga 14 bulan untuk melihat efek injeksi likuiditas.

Seperti diketahui, pemerintah mulai menyalurkan dana Rp 200 triliun melalui Bank Indonesia pada Jumat (12/9/2025). Alokasinya adalah Rp 55 triliun masing-masing untuk Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Negara Indonesia (BNI); Rp 25 triliun untuk Bank Tabungan Negara (BTN); serta Rp 10 triliun untuk Bank Syariah Indonesia (BSI).

Purbaya menekankan, dana tersebut diharapkan memacu pertumbuhan kredit dan ekonomi nasional. Perbankan penerima dilarang menyalurkannya ke instrumen surat berharga negara (SBN), melainkan diwajibkan mengalokasikannya ke sektor produktif.

“Dengan adanya uang ini, mereka harus berpikir mencari proyek-proyek yang memberikan imbal hasil terbaik. Setelah proyek top habis, mereka cari lagi yang lain. Kompetisi antarbank inilah yang nantinya akan menekan suku bunga pinjaman. Jadi injeksi ini multiplier bagi perekonomian,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menuturkan dampak awal kucuran dana sudah mulai terlihat pada indikator perbankan, terutama dari sisi likuiditas.

Menurutnya, rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) bank Himbara sebelumnya berada di bawah 20 persen. Dengan tambahan dana Rp 200 triliun, angka tersebut kini sudah menembus di atas 20 persen, yang dinilai sebagai ambang sehat bagi likuiditas perbankan.

Selain itu, rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) juga menunjukkan perbaikan. “Beberapa bank Himbara sebelumnya LDR di atas 90 persen. Dengan adanya dana Rp 200 triliun, LDR mereka turun di bawah 90 persen, sehingga memberi ruang lebih besar untuk menyalurkan kredit,” ujar Mahendra.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |