REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat dan bergerak stabil di kisaran Rp 16.200-an pada awal Juni 2025. Penguatan ini diprediksi akan berlanjut usai libur panjang Iduladha 1446 H, seiring sentimen global dan domestik yang mendukung pergerakan mata uang Garuda.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 16,50 poin atau 0,10 persen ke level Rp 16.267,5 per dolar AS pada perdagangan Kamis (5/6/2025), dari posisi sebelumnya di Rp 16.294 per dolar AS.
"Untuk perdagangan Selasa depan (10/6/2025), mata uang rupiah diperkirakan fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 16.230—Rp 16.290 per dolar AS," ujar Pengamat Mata Uang, Ibrahim Assuaibi, dalam keterangannya, Jumat (6/6/2025).
Ibrahim menjelaskan bahwa penguatan rupiah ditopang oleh kombinasi sentimen eksternal dan internal. Dari sisi eksternal, pelemahan dolar AS menjadi faktor utama setelah rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang mengecewakan.
"Dolar AS tertekan oleh data penggajian ADP yang jauh lebih lemah dari perkiraan, yang menunjukkan kemerosotan besar di pasar tenaga kerja pada Mei. Pembacaan tersebut meningkatkan ekspektasi bahwa pelemahan berkelanjutan dalam ekonomi AS akan mendorong The Fed untuk memangkas suku bunga lebih lanjut tahun ini," jelasnya.
Data ADP tersebut dirilis menjelang publikasi data penggajian nonpertanian, yang dikhawatirkan juga akan menunjukkan pelemahan signifikan. Selain itu, ketidakpastian kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump juga menambah tekanan terhadap dolar.
"Ketidakpastian atas kebijakan perdagangan Trump masih ada, terutama setelah presiden menggandakan tarif baja dan aluminiumnya menjadi 50 persen minggu ini. Batas waktu Trump pada hari Rabu bagi mitra dagang AS untuk menyerahkan ‘penawaran terbaik’ juga berlalu tanpa kesepakatan besar," ujar Ibrahim.
Ia menambahkan, pasar global pekan ini juga akan memantau keputusan suku bunga Reserve Bank of India serta kemungkinan komunikasi antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping.
Sentimen Domestik: Stimulus Dorong Optimisme
Dari dalam negeri, Ibrahim menyebut paket stimulus ekonomi yang diumumkan Presiden RI Prabowo Subianto menjadi salah satu penguat rupiah.
Paket stimulus senilai Rp 24,44 triliun tersebut mencakup diskon transportasi umum, potongan tarif tol, tambahan bantuan sosial, Bantuan Subsidi Upah (BSU), serta perpanjangan diskon iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
"Di tengah perlambatan ekonomi global, dukungan dari pemerintah untuk perekonomian domestik, diikuti dengan upaya peningkatan belanja pemerintah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi pada 2025 adalah kunci," ungkapnya.
Ibrahim menilai stimulus ini adalah awal yang baik, namun perlu ditindaklanjuti dengan percepatan realisasi belanja pemerintah, yang sempat tertunda karena realokasi anggaran pada awal tahun.
"Kembalinya belanja pemerintah akan mendorong kembali pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di sektor-sektor yang sebelumnya terdampak seperti konstruksi, perhotelan, dan perdagangan," tambahnya.
Ia juga menekankan bahwa meningkatnya belanja pemerintah akan memperkuat persepsi pelaku pasar, dan berpotensi menarik kembali arus modal asing ke pasar modal nasional di tengah kondisi global yang fluktuatif.