Sejarah Dunia! Harga Emas Resmi Memasuki Level US$ 3.900

3 hours ago 1

Jakarta, CBC Indonesia - Harga emas dan perak berpacu menciptakan rekor tertinggi. Harga logam mulia bahkan diramal semakin mengangaksa pekan ini di tengah shutdown pemerintah Amerika Serikat (AS).

Merujuk Refinitiv, harga emas pada Senin (6/10/2025) pukul 06.24 WIB ada di posisi US$ 3.910, 39 atau terbang 0,61%. Harga emas bahkan sempat menembus US4 3919,19 per troy ons dengan menguat 0,88% pada hari ini sekitar pukul 06.05 WIB,

Posisi intraday ini adalah yang tertinggi sepanjang masa sekaligus mengantar emas ke level baru yang belum pernah tercatat dalam sejarah dunia yakni US$ 3.900 per troy ons.

Kinerja emas juga terbilang luar biasa akhir pekan lalu, Jumat (3/10/2025) di mana emas menembus US$ 3.885 per troy ons atau naik 0,7% dan mencetak rekor harga penutupan.

Pekan lalu, emas juga mencetak rekor luar biasa dengan menguat selama tujuh minggu berturut-turut. Sepanjang tahun ini, harga emas sudah terbang 48% yang menjadi kinerja terbaik sejak 1979.

Kenaikan luar biasa harga emas terus mendominasi pasar global ketika harganya menembus level tak terbayangkan dari hari ke jari.

Rekor emas diperkirakan belum akan berhenti. Analis dari bank-bank besar memperkirakan emas segera menguji bahkan melampaui batas psikologis US$4.000.

Kapitalisasi pasar ETF emas juga melonjak tajam, sementara permintaan emas batangan dari institusi dan bank sentral terus tak terbendung. Reli ini mencerminkan "badai sempurna" yang tercipta dari faktor makroekonomi melemahnya dolar AS, meningkatnya risiko geopolitik, kekhawatiran intervensi politik terhadap The Fed, dan pembelian besar-besaran dari sektor resmi.

Harga emas telah meroket bahkan sebelum Presden AS Donald Trump berkuasa, dan kini shutdown pemerintahan AS bisa mendorong logam mulia itu menembus US$4.000 per troy ons.

Emas yang dianggap menjadi aset lindung nilai ini memiliki banyak alasan untuk bertahan di level setinggi itu.

Emas diuntungkan oleh suku bunga rendah yang mengurangi biaya peluang untuk menyimpannya, dan oleh inflasi tinggi yang memperkuat perannya sebagai penyimpan nilai.

Harga emas juga naik ketika dolar AS melemah, baik karena emas diperdagangkan dalam denominasi dolar maupun karena ia bersaing langsung dengan uang tunai.

Saat ini, ketiga faktor tersebut bergerak bersamaan mendukung emas. Kekacauan politik di Washington membuat kepercayaan terhadap dolar goyah.

Siklus pemangkasan suku bunga yang dimulai bulan lalu, ditambah serangan pemerintahan AS terhadap The Federal Reserve (The Fed) menambah tekanan pada dolar AS. Inflasi tetap berada di atas target The Fed, dan kombinasi inflasi tinggi dan kebijakan moneter longgar seperti era 1970-an kini tampak seperti kemungkinan nyata.

Sampai Kapan Emas Melaju?
Selain faktor geopolitik dan kegaduhan di AS hingga iebijakan The Fed, emas memiliki senjata baru untuk melaju yakni investor swasta.

Kepemilikan Exchange-Traded Fund (ETF) berbasis emas meningkat paling tajam dalam lebih dari tiga tahun pada September.

Ini menjadi motor kenaikan emas selama dua dekade terakhir, menambah lebih dari 100 ton emas ke portofolio mereka sepanjang September, jumlah tertinggi dalam lebih dari tiga tahun.

Dalam catatan Bloomberg, kepemilikan total ETF emas masih jauh di bawah puncak tahun 2020. Dari perspektif itu, investor swasta masih relatif kurang terdiversifikasi ke emas.

Analis teknikal melihat US$4.000 sebagai level resistensi psikologis berikutnya, dengan potensi "overshoot" menuju US$4.200-US$4.300 jika momentum tetap terjaga. Saat ini tidak ada resistensi kuat di atas level harga sekarang, artinya harga bergerak di wilayah tak terpetakan (uncharted territory).
Meskipun reli tampak panjang, tidak adanya pola pembalikan mingguan membuat bias pasar tetap bullish. Koreksi mungkin muncul jika terbentuk pola reversal top mingguan, namun hingga saat itu, tren naik jangka panjang masih mendominasi.

Analis dari UBS dan Goldman Sachs menaikkan proyeksi harga emas 2025 menjadi masing-masing US$4.200 dan US$4.300, dengan alasan ekspektasi pemangkasan suku bunga berkelanjutan serta aliran dana aman (safe-haven) yang semakin intens.

Pages

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |