Startup Singapura Ciptakan Kopi Tanpa Biji demi Lingkungan

5 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID,  SEOUL -- Di tengah ancaman krisis iklim terhadap komoditas kopi global, startup asal Singapura bernama Prefer menawarkan solusi kopi tanpa biji kopi. Dalam ajang pameran startup terbesar di Korea Selatan (Korsel), NextRise 2025, salah satu pendiri dan CEO Prefer, Jake Berber, memperkenalkan inovasi berbasis fermentasi yang diklaim mampu meniru cita rasa kopi tanpa menggunakan satu pun biji kopi.

Teknologi ini disebut-sebut dapat mengurangi emisi karbon sekaligus menekan biaya produksi. “Kami tidak ingin meluncurkan merek kopi baru,” kata Berber seperti dikutip dari Korea JoongAng Daily, Jumat (27/6/2025), di COEX, Seoul.

Berber mengatakan, ia datang ke Korsel untuk mencari mitra yang tepat dan melanjutkan pembicaraan dengan sejumlah calon mitra yang sudah pernah mereka hubungi. Ia menjelaskan, mitra-mitra tersebut bisa berasal dari perusahaan barang konsumsi cepat saji (fast-moving consumer goods/FMCG) berskala besar yang memiliki merek kopi kaleng atau kopi instan sendiri.

Prefer membuka kemungkinan untuk menjalin usaha patungan, membangun pabrik bersama, atau memberikan lisensi kekayaan intelektual (intellectual property/IP) kepada perusahaan-perusahaan tersebut. Prefer menjadi sorotan sejak memenangkan penghargaan utama ASEAN-Korea Startup Innovation Week tahun lalu. Kini, perusahaan yang didirikan pada 2022 itu mulai menjajaki pasar Korsel, negara dengan budaya kafe yang kuat dan konsumsi kopi yang tinggi.

Berber, yang berasal dari Texas dan memiliki latar belakang ilmu saraf, mulai tertarik pada teknologi pangan ketika menyadari dampak perubahan iklim terhadap pasokan kopi. “Harga kopi melambung, lahan yang cocok untuk menanamnya makin langka, sementara permintaan terus meningkat,” katanya.

Saat itu ia mulai memikirkan cara untuk menikmati kopi tanpa harus bergantung pada kopi. Bersama rekannya, Berber mulai bereksperimen dengan fermentasi menggunakan bahan seperti beras dan kedelai.

Proses tersebut melibatkan mikroba, ragi, jamur, dan enzim yang mengubah asam amino menjadi senyawa rasa yang menyerupai kopi tradisional. Hasilnya kini menjadi produk eksklusif yang telah dipatenkan.

Alih-alih memasarkan merek sendiri, Prefer memosisikan produk ini sebagai coffee extender—bahan tambahan yang dicampur ke dalam kopi instan atau kopi kaleng untuk menurunkan biaya dan jejak karbon tanpa mengorbankan rasa. Menurut Berber, strategi ini menyasar perusahaan FMCG yang sudah memiliki lini produk kopi.

“Kami tidak di sini untuk meluncurkan merek kopi baru. Kami mengemasnya sebagai coffee extender, sehingga Anda mencampurnya dengan kopi Anda, bukan menciptakan lini produk baru,” kata Berber.

Produk Prefer diklaim sebagai kopi tanpa biji paling terjangkau di pasar saat ini, dengan harga di antara Nescafé dan kopi siap minum Starbucks. Tren kopi diskon di Korea menjadi peluang besar bagi Prefer untuk menawarkan solusi lebih hemat bagi mitra industrinya.

“Jika kami bisa membantu mitra-mitra kami mengurangi biaya produksi, maka hal itu memungkinkan mereka memiliki keunggulan kompetitif yang lebih besar,” kata Berber.

Prefer telah mengamankan pendanaan tahap awal sebesar 2 juta dolar AS, termasuk dari perusahaan Korea, Sopoong Ventures. Saat ini, mereka tengah mempersiapkan putaran pendanaan berikutnya.

“Misi kami sederhana—melindungi masa depan pangan dan minuman,” kata Berber.

Untuk saat ini, fokus Prefer tetap pada membangun kemitraan strategis di Seoul. Jika berhasil, teknologi kopi tanpa biji ini bisa menjadi elemen tak kasatmata di balik gelombang baru inovasi kopi di Korea.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |