REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO – Tim penyelamat masih terus berupaya melakukan penyelamatan terhadap santri-santri yang tertimbun robohan mushala di Pondok Pesantren Al Khoziny di kota Sidoarjo, Jawa Timur. Waktu kian sempit sementara tiga siswa meninggal, lebih dari 100 orang terluka dan puluhan lainnya diduga terkubur di reruntuhan.
Petugas penyelamat, polisi dan tentara yang melakukan penggalian sepanjang malam berhasil menyelamatkan delapan orang yang selamat dalam kondisi lemah dan terluka lebih dari delapan jam setelah runtuhnya Pondok Pesantren Al Khoziny di kota Sidoarjo, Jawa Timur. Tim penyelamat melihat adanya tambahan jenazah, yang mengindikasikan jumlah korban jiwa kemungkinan akan meningkat.
Upaya penyelamatan untuk sementara dihentikan pada pukul 10.15 WIB karena beton yang runtuh tiba-tiba berguncang. Orang-orang segera berlari menyelamatkan diri, takut akan terjadi keruntuhan lagi, ketika tim penyelamat mendesak semua orang di daerah tersebut untuk menghindari gedung tersebut, termasuk lebih dari selusin ambulans yang diparkir di dekat lokasi kejadian. Penyelamatan dilanjutkan sekitar pukul 13.45 WIB.
Siswanya sebagian besar adalah anak laki-laki di kelas VII hingga XI, antara usia 12 dan 18 tahun. Keluarga-keluarga dengan cemas menunggu kabar di rumah sakit atau di dekat gedung yang runtuh.
Pemberitahuan yang dipasang di kompleks sekolah pada Selasa pagi menyebutkan 65 siswa hilang. Juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana Abdul Muhari merevisi jumlah orang yang diperkirakan terkubur di reruntuhan menjadi 38 orang pada tengah hari.
“Ya Allah, anakku masih terkubur, ya Allah tolong bantu!” tangis seorang ibu histeris saat melihat nama anaknya di papan tulis, disusul tangisan orang tua lain yang kerabatnya juga mengalami nasib serupa.
“Tolong Pak, tolong cepat temukan anak saya,” seru seorang ayah sambil menggandeng tangan salah satu anggota tim penyelamat.
Beton tebal dan puing-puing lainnya serta bagian bangunan yang tidak stabil menghambat upaya pencarian dan penyelamatan, kata Nanang Sigit, petugas pencarian dan penyelamatan yang memimpin upaya tersebut. Alat berat tersedia namun tidak digunakan karena dikhawatirkan dapat menyebabkan keruntuhan lebih lanjut.
“Kami telah memberikan oksigen dan air kepada mereka yang masih terjebak di bawah puing-puing dan menjaga mereka tetap hidup sementara kami bekerja keras untuk mengeluarkan mereka,” kata Sigit. Dia menambahkan bahwa tim penyelamat melihat beberapa jenazah di bawah reruntuhan tetapi fokus untuk menyelamatkan mereka yang masih hidup.
Beberapa ratus tim penyelamat terlibat dalam upaya tersebut dan memiliki peralatan pernapasan, pelepasan, evakuasi medis, dan peralatan pendukung lainnya.
sumber : The Associated Press