REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Bani Abdurrahman Wahid dan Soka Gakkai Indonesia menggelar pameran Gus Dur dan Daisaku Ikeda untuk Kemanusiaan: Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian di Masjid Istiqlal Jakarta Pusat sejak 1-7 Oktober 2025.
Hirotsugu Terasaki, Wakil Presiden Soka Gakkai dalam keterangannya menyampaikan bahwa Gus Dur dan Daisaku Ikeda merupakan dua tokoh yang memiliki kesamaan visi untuk mengakhiri peperangan dan menjaga perdamaian.
“Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid dan guru kami, Ikeda Sensei, telah menghabiskan kehidupan mereka berkeliling dunia, menjalin dialog lintas agama, termasuk dengan umat Kristen dan Yahudi, serta berbagai agama lainnya. Bagi kami, mereka adalah teladan dalam dialog antaragama,” kata Hirotsugu Terasaki Rabu (1/10/2025)
Dialog antarumat beragama, menurut dia, merupakan jembatan untuk menghapus kesalahpahaman dan prasangka atas komunitas berbeda. Hal ini juga pernah dialami oleh komunitas Jepang di pertengahan tahun 90-an di saat informasi mengenai agama Islam masih terbatas.
“Namun, guru kami, Ikeda Sensei memilih untuk mengunjungi langsung berbagai negara, berdialog dengan banyak orang secara tatap muka, dan dengan demikian memperdalam pemahamannya tentang dunia Islam,” ujarnya.
Ketua Pelaksana, Inayah Wulandari Wahid mengatakan kegiatan ini digelar untuk memperingati 15 tahun pertemuan Gus Dur dan Daisaku Ikeda, yang dituliskan dalam sebuah buku.
"Jadi ini untuk memperingati keluarnya buku tersebut. Kenapa mesti diperingati? Karena ini salah satu wasiat Gus Dur dan Ikeda bahwa buku ini harus tersebar luas dan sangat penting karena berbicara tentang kondisi dunia,” kata Inayah Wahid di Jakarta, Rabu (1/10/2025).
Inayah menjelaskan, dialog yang kemudian menjadi isi buku itu bermula 15 tahun lalu ketika Gus Dur dan Ikeda bertemu. Buku berjudul Dialog Peradaban ini merekam percakapan mereka berdua sebagai pemimpin kelompok agama sekaligus tokoh perdamaian.
"Dua-duanya banyak bicara soal perdamaian. Mereka ketemu pertama kali, kemudian hasil pertemuan keduanya dijadikan buku. Dialog Peradaban Dunia ini dikeluarkan 15 tahun lalu,” jelasnya.
Setelah digelar di Masjid Istiqlal, pameran ini akan dilanjutnkan di dua tempat lainnya yakni Makara Art Centre Universitas Indonesia dan Pusat Kebudayaan Soka Gakkai Indonesia.
"Tiga rangkaian itu kalau dihubungkan dengan isi buku Dialog Peradaban mewakili berbagai aspek. Kenapa di Istiqlal? Karena melambangkan aspek interfaith, Gus Dur dan Saku Ikeda dulu pemuka agama yang berbeda. Dialognya membicarakan toleransi, perbedaan agama, dan bagaimana menciptakan hubungan harmoni,”kata puteri ketiga Gus Dur itu.
Menurut Inayah, isi buku tersebut sangat relevan dengan kondisi saat ini sehingga perlu disampaikan ke masyarakat.
"Situasi hari ini banyak dibicarakan dalam buku tersebut. Dengan Indonesia hari ini semuanya relevan dengan persoalan hari ini. Rumah ibadah susah didirikan, pengusiran rumah ibadah itu seperti penyakit besar yang saling berkelindan. Buku ini menjawab berbagai persoalan tadi,” jelasnya.
Dalam rangkaian kegiatan, juga akan dilakukan peluncuran versi audio book. Pameran ini memiliki tiga poin utama: memunculkan isi buku Dialog Peradaban, menghadirkan sosok Gus Dur dan Daisaku Ikeda dalam keseharian, serta menampilkan pesan perdamaian melalui karya seni.
Manusia biasa
Inayah berharap publik bisa melihat Gus Dur dan Ikeda sebagai manusia biasa yang dekat dengan keseharian masyarakat. "Mereka bukan makhluk istimewa, superhuman. Mereka bukan sesuatu yang tidak tersentuh. Justru kebalikannya, mereka adalah bagian dari kita semua," kata Inayah.
"Kalau mereka melakukan keputusan atau tindakan yang memunculkan perdamaian, berarti kita juga bisa," imbuhnya.
Kegiatan ini dikemas dalam beberapa agenda, di antaranya: Pameran Visual, berupa cuplikan kisah kehidupan inspiratif Gus Dur dan Daisaku Ikeda serta kutipan pemikiran kedua tokoh.
Talkshow dan Bedah Buku, yang mengangkat tema dialog, toleransi, dan perdamaian berdasarkan isi buku Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian, dengan menghadirkan tokoh agama dan aktivis gerakan perdamaian.
Art Performance, sebagai ruang pertukaran kebudayaan dan memperkenalkan budaya Jepang serta Indonesia, khususnya bagi generasi muda.
Pameran ini akan dihadiri masyarakat umum, tokoh agama dan perwakilan organisasi keagamaan, akademisi dan pelajar, serta organisasi yang bergerak di bidang toleransi, hak asasi manusia, dan perdamaian.