6 hours ago
3
Indonesia Infrastructure Finance (IIF).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) menyatakan bahwa arah pembiayaan infrastruktur nasional yang tak hanya berorientasi pada pembangunan fisik, tetapi juga pada dampak sosial dan lingkungan. Pendekatan ini mencerminkan pergeseran paradigma pembiayaan infrastruktur yang lebih selektif dan berbasis prinsip keberlanjutan.
Chief Investment Officer IIF, Mohammad Ramadhan Harahap, menilai pendekatan pembangunan yang hanya mengejar output fisik sudah tidak relevan dengan tantangan saat ini. “Keberhasilan proyek infrastruktur bukan hanya dilihat dari pembangunan fisik, tetapi juga dampaknya terhadap lingkungan dan sosial. Setiap proyek yang kami biayai harus memperhatikan konservasi hayati, perlindungan masyarakat sekitar, pemenuhan hak tenaga kerja, dan mitigasi perubahan iklim,” katanya dalam siaran pers, Kamis (9/10/2025).
IIF menerapkan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) internasional dengan dukungan lembaga seperti Asian Development Bank (ADB). Menurut Idhan, penerapan standar ini penting agar proyek-proyek infrastruktur yang dibiayai tidak sekadar berorientasi ekonomi, tetapi juga memperkuat ketahanan ekologi dan sosial di wilayah tempat proyek berjalan. “Pendekatan ini tidak membuat pembangunan infrastruktur menjadi mundur, tapi justru memberikan nilai tambah bagi lingkungan dan perekonomian Indonesia,” ujarnya.
Ramadhan mengatakan, berkat berbagai upaya yang dilakukan, IIF menerima penghargaan Most Trusted Partner in Infrastructure Finance Award.
Sepanjang semester pertama 2025, IIF mencatat peningkatan laba bersih 27 persen menjadi Rp255,1 miliar. Kinerja ini didorong oleh pendapatan bunga bersih yang naik 32,3 persen serta efisiensi biaya administrasi dan bunga, yang masing-masing turun 22 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan tersebut menunjukkan pergeseran fokus pembiayaan ke arah proyek-proyek berisiko lebih rendah namun berdampak luas terhadap ekonomi daerah.
