Kapal Aktivis Indonesia di Armada Sumud Ditolak Sandar di Mesir

1 hour ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, TUNISIA — Kapal Observer Summertimes-Jong yang membawa aktivis Indonesia Muhammad Husein dalam misi pelayaran Global Sumud Flotilla menembus Gaza ditolak sandar oleh pemerintahan Mesir. Kapal pemantau tersebut dikabarkan putar arah menuju ke Siprus dan tetap akan melakukan pengawasan dalam misi pelayaran kemanusian yang membawa logistik dan obat-obatan untuk masyarakat di Gaza korban penjajahan Zionis Israel tersebut.

“Info dari Husein, Kapal Observer tidak dapat izin untuk berlabuh ke Alexandria oleh pemerintah Mesir,” begitu kata Koordinator Media dan Pemberitaan Indonesia Global Peace Convoy (IGPC) Coky Ahmad kepada Republika, Rabu (1/10/2025). Muhammad Husein merupakan Ketua Koordinator IGPC yang turut bersama-sama delegasi Sumud Nusantara bergabung dalam misi pelayaran akbar Global Sumud Flotilla menembus blokade Gaza.

Selain Husein, relawan IGPC Wanda Hamidah, dan aktivis dari Aqsa Working Group (AWG) Muhammad Fatturahman juga ikut dalam misi pelayaran Global Sumud Flotilla ini. Akan tetapi Wanda dan Fatur mengalami stagnasi pelayaran. Mereka sandar di wilayah perairan Italia sejak sepekan terakhir karena kondisi Kapal Kamar dan Keiser serta Kapal Nusantara yang membawa keduanya itu dalam keadaan rusak. Sehingga kapal-kapal itu tak bisa melanjutkan pelayaran. 

Adapun Husein, sejak Selasa (30/9/2025) yang menaiki Kapal Observer Summertimes sudah berkumpul dengan 44 armada terdepan di kawasan zona berbahaya serangan Zionis Israel. 44 kapal-kapal Global Sumud Flotilla itu terdeteksi pada Rabu (1/10/2025) petang sudah sampai di kawasan perairan paling berbahaya serangan Zionis Israel pada radius sekitar 100 nautical miles (Nm) dari bibir pantai Gaza. Pada Rabu (1/10/2025) pagi armada-armada terdepan Global Sumud Flotilla itu kembali mengalami intimidasi dan serangan kapal perang Zionis Israel.

Pada kapal-kapal yang terdepan, terdapat ratusan aktivis dan relawan kemanusian dari 45 negara yang ikut dalam misi ke Gaza ini. Termasuk aktivis Greta Thunberg dari Swedia, Thiago Avila dari Brasil, Jasmine Acar dari Jerman, pun Mandla Mandela dari Afrika Selatan (Afsel). Dan keberadaan Kapal Observer Summertimes masih dalam radius aman.

Direktur Sumud Nusantara Muhammad Nadir Al-Nuri bersama Kordinator Indonesia Global Peace aconvoy Muhammad Husein di Pelabuhan Sidi Bou Said, Tunisia, Selasa (16/9/2025).

Kapal pemantau itu, memang bukan untuk menembus Gaza. Melainkan hanya sebagai kapal pengawas dan pemantauan misi pelayaran. Selain Husein, di dalam kapal observer tersebut juga ada Direktur Sumud Nusantara Nadir al-Nuri dari Malaysia. Serta 19 aktivis dan relawan lainnya dari 10 kewarganegaraan dunia.

Coky menerangkan, semula Kapal Observer Summertimes itu akan berbelok ke arah Alexandria ketika armada-armada terdepan Global Sumud Flotilla sudah memasuki zona merah. Akan tetapi, kata Coky, otoritas Mesir menolak sandarnya kapal observer itu.

“Jadi kemungkinan Kapal Observer akan berlanjut ke Siprus,” ujar Coky. Dan dari pemantauan pelayaran Global Sumud Flotilla melalui Magic Mapim, pada Rabu (1/10/2025) petang, Kapal Observer Summertimes sudah dalam pelayaran dari perairan internasional menuju ke Siprus.  

Husein saat ditemui Republika di Dermaga Gammarth, Tunisia, saat akan berlayar, Kamis (18/9/2025) lalu pernah menjelaskan, Kapal Observer bukan kapal ‘martir’ yang punya tujuan utama untuk membuka koridor laut menembus Gaza.

Kata dia, Kapal Observer lebih kepada peran untuk melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap armada-armada Global Sumud Flotilla yang melakukan pelayaran. Para aktivis yang berada di Kapal Observer merupakan para ikon-ikon yang selama ini mampu mengumpulkan massa di negara masing-masing untuk kampanye tentang kemerdekaan Palestina.

Di Kapal Observer itu, pun berisi sejumlah aktivis-aktivis hukum. Dan Kapal Observer kata Husein, menjadi armada yang akan mengumpulkan seluruh dokumentasi, serta alat-alat bukti apabila Zionis Israel melakukan penyerangan terhadap konvoi pelayaran. “Kalau kapal-kapal terdepan diberikan akses masuk ke Gaza, maka kami akan masuk ke Gaza,” kata dia.

“Namun kalau ternyata kapal-kapal terdepan mengalami intercept atau penyergapan oleh Zionis Israel maka kami tidak mungkin menyerahkan diri. Tetapi kami mengondisikan agar bagaimana barang-barang bukti dokumentasi, komunikasi yang terjalin selama ini tidak disita oleh Zionis Israel. Dan itulah fungsi dari kapal observer, maka kami akan mengamankan semua barang bukti dan akan kami gunakan kemudian untuk diajukan ke Mahkamah Internasional,” kata Husein menambahkan. 

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |