Ilustrasi memotivasi warga melakukan usaha halal.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama besar asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi, menekankan pentingnya usaha yang halal dalam menggapai kebahagiaan sejati.
Islam menekankan usaha yang halal karena hal ini merupakan bagian fundamental dari keimanan dan ibadah seorang Muslim. Mencari rezeki yang halal tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga untuk mendapatkan berkah (barakah) dari Allah SWT serta menjaga integritas dan kesejahteraan spiritual maupun sosial.
Banyak ayat dalam Alquran yang memerintahkan umat Islam untuk mencari rezeki yang halal dan baik (thayyib). Contohnya, Allah berfirman
فَكُلُوا۟ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَٱشْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
fa kulụ mimmā razaqakumullāhu ḥalālan ṭayyibaw wasykurụ ni’matallāhi ing kuntum iyyāhu ta’budụn
Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. (QS. An-Nahl: 114).
Memilih jalan yang halal adalah wujud nyata dari ketakwaan dan kepatuhan seorang hamba kepada penciptanya.
Penghasilan yang haram dapat menghalangi diterimanya doa dan ibadah seseorang. Sebuah hadis menyebutkan bahwa Allah tidak akan menerima doa dari orang yang makan, minum, dan memakai pakaian dari hasil yang haram.
Harta yang diperoleh dari usaha halal akan mendatangkan keberkahan dalam hidup. Harta yang berkah akan membawa kebaikan dan manfaat, sedangkan harta yang haram akan mendatangkan dampak negatif.
Islam sangat menekankan keadilan dan transparansi dalam setiap transaksi bisnis. Usaha halal harus bebas dari praktik curang, riba, penipuan, dan eksploitasi.