Prabowo, Geopolitik, dan Palestina Merdeka

4 hours ago 2

Oleh : Fahmi Salim, Direktur Baitul Maqdis Institute – Majelis Tabligh PP Muhammadiyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia sedang memasuki babak baru. Setelah lama dianggap “raksasa tidur” dunia Islam, kini Indonesia bangkit sebagai kekuatan yang diperhitungkan di panggung global.

Presiden Prabowo Subianto datang dengan visi besar: menjadikan Indonesia pemain utama dalam geopolitik dunia sekaligus suara utama umat Islam, terutama dalam memperjuangkan Palestina merdeka.

Dari Absen Menjadi Aktif

Selama puluhan tahun, Indonesia lebih banyak sibuk dengan persoalan dalam negeri: krisis ekonomi, korupsi, disintegrasi, konflik politik internal. Akibatnya, meski memiliki lebih dari 242 juta Muslim (13% populasi Muslim dunia), Indonesia jarang tampil pada isu besar umat seperti Palestina, Irak, Suriah, Sudan, Libya, Bosnia, Rohingya, Uighur atau Chechnya.

Namun, dalam sepuluh tahun terakhir, Indonesia berubah arah. Di markas PBB, jantung diplomasi global, Jakarta vokal membela Palestina. Bantuan besar dikirim ke Gaza. Indonesia konsisten menolak normalisasi dengan Israel, berbeda dengan sebagian negara Arab yang masuk ‘perangkap’ Abraham Accord 2020. Kini, di bawah Prabowo, arah itu diperkuat: Indonesia tidak hanya bicara, tapi siap mengambil tindakan nyata.

Visi Asta Cita: Fondasi Kekuatan

Prabowo menawarkan visi pembangunan Asta Cita: kedaulatan pangan, energi, kesehatan, pendidikan, pertahanan, pemerataan pembangunan, reformasi birokrasi, dan kepemimpinan global.

Agenda domestik ini sesungguhnya pondasi menuju kepemimpinan global. Negara yang mampu berdiri di atas kakinya sendiri akan lebih dihormati. Dengan pertahanan yang kuat, energi yang cukup, dan ekonomi yang besar, Indonesia mantap menapaki papan catur dunia dengan daya tawar tinggi.

Indonesia dalam Papan Catur Dunia

Indonesia kini pemain penting. PDB lebih dari 1,46 triliun Dolar AS, anggota G20 dan BRICS, militer peringkat 13 dunia, ekonomi ke-7 terbesar dunia pada 2030, serta produsen nikel terbesar dunia. Posisi geografinya pun strategis: Selat Malaka, jalur perdagangan paling sibuk di dunia, ada di wilayahnya.

Tidak heran jika tiga kekuatan besar dunia berebut mendekat: China, dengan investasi lebih dari 20 miliar Dolar AS lewat Belt and Road, dan menguasai lebih dari 40% produksi nikel Indonesia. AS lewat latihan militer Super Garuda Shield 2025 bersama 12 negara, serta kesepakatan ekonomi bernilai miliaran dolar. Rusia memperkuat kerja sama militer dan energi sejak Indonesia masuk BRICS pada 2025.

Di tengah perebutan ini, Indonesia memainkan politik “seribu teman, tanpa musuh”. Jakarta menolak memilih satu kubu, justru memanfaatkan semuanya untuk kepentingan nasional.

Pilar Kekuatan Indonesia

Ada beberapa pilar yang bisa dimanfaatkan Prabowo agar Indonesia naik kelas di panggung dunia:

1. Demografi Muslim Terbesar – 242 juta Muslim (13% populasi dunia) = legitimasi moral untuk bicara isu Palestina.

2. Ekonomi Besar – PDB > 1,46 triliun Dolar AS, anggota G20 & BRICS = daya tawar di perdagangan dan investasi global.

3. Sumber Daya Strategis – Produsen nikel terbesar dunia: nikel dan baterai EV jadi “emas baru” dunia.

4. Posisi Geostrategis – Selat Malaka sebagai kunci jalur dagang internasional.

5. Militer Modern – Peringkat 13 dunia, modernisasi alutsista: daya tawar lewat diplomasi pertahanan.

6. Politik Seribu Teman Tanpa Musuh – fleksibilitas dan keuntungan ganda menghadapi AS, China, Rusia.

7. Konsistensi Isu Palestina – reputasi sebagai pembela hak rakyat Palestina.

8. Soft Power Islam Moderat – citra sebagai wajah Islam yang damai, demokratis, dan pluralis.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |