REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Pengabdi Universitas Indonesia dari Fakultas Farmasi (FF) bersama mitra Yayasan Semangat Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI) melakukan kegiatan pengabdian masyarakat kepada Suku Baduy, Banten, Jawa Barat pada 27-28 september 2025. Kegiatan ini merupakan wujud komitmen untuk menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kegiatan ini diketuai oleh Prof Dr Apt Berna Elya, MSi, bersama dosen serta mahasiswa jenjang S1, S2, S3, dan alumni Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Melewati medan yang tak mudah dan diwarnai oleh jalan utama yang rusak, Tim pengabdian masyarakat tiba di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, Banten sekitar pukul 13.00 WIB. Kegiatan pengabdian masyarakat bertema 'Pelatihan dan Pendampingan Pembuatan Bumbu Dapur dan Jamu Kesehatan' ini merupakan skema hibah penugasan UI yang selalu dihadiri antusias oleh warga Desa.
Hari pertama dimulai dengan pembukaan oleh MC. Acara ini dihadiri Ketua YASMUI yang membuka acara dengan sambutan berisi penjelasan tujuan Tim Fakultas Farmasi Universitas Indonesia datang ke Desa Baduy. Perwakilan desa juga menyambut hangat kedatangan tim.
Kemudian, acara secara resmi dibuka oleh Ibu Prof Retno Andarjati, PhD. Ia mengatakan, pihaknya datang bukan hanya untuk berbagi ilmu, tetapi juga untuk belajar bersama masyarakat Kanekes.
"Semoga kegiatan ini membawa manfaat nyata bagi kesehatan dan kesejahteraan bersama, serta dapat meningkatkan pendapatan masyarakat," katanya yang disambut tepuk tangan meriah masyarakat Desa Kanekes.
Dilakukan juga pre-test yang dipandu oleh MC. Pre-test ini berupa pertanyaan lisan sederhana dan dijawab di atas kertas dengan pilihan Benar dan Salah. Ujian singkat ini bertujuan memetakan pengetahuan awal terkait kesehatan dan pengobatan berbasis tanaman herbal, yang akan menjadi fokus pelatihan. Bagi sebagian peserta, pretest ini menjadi pengalaman baru yang memacu semangat belajar.
“Awalnya deg-degan, takut salah jawab, tapi ternyata soal pre-test membuat saya jadi penasaran untuk belajar lebih banyak. Senang bisa ikut kegiatan ini,” kata Ibu Ncih, salah satu warga Kampung Kanekes yang mengikuti ujian dengan antusias.
Acara selanjutnya yakni pemaparan dari Prof Berna. Di hadapan peserta, beliau menyampaikan penjelasan penuh semangat mengenai khasiat bumbu dapur dan jamu kesehatan. "Rempah seperti kunyit, jahe, kencur, hingga serai punya khasiat luar biasa. Kandungan aktifnya bisa membantu menjaga daya tahan tubuh, meredakan nyeri, hingga melindungi organ penting seperti jantung dan hati," ujarnya.
Satu per satu khasiat rempah diperkenalkan. Kunyit, misalnya, dikenal sebagai antiinflamasi alami sekaligus pelindung lambung dan jantung. Jahe terbukti efektif membantu mengontrol gula darah, melancarkan peredaran, dan meningkatkan imunitas tubuh. Sementara itu, kencur bermanfaat meredakan peradangan, melawan bakteri maupun virus, serta menjaga pencernaan tetap sehat. Adapun serai, selain harum menenangkan, juga bisa membantu mengatasi radang dan bengkak. Antusiasme masyarakat menjadi bukti bahwa pengetahuan ilmiah bisa menyatu dengan kearifan lokal. Melalui kegiatan ini, rempah-rempah tidak hanya dipandang sebagai warisan dapur, tetapi juga sebagai penjaga kesehatan alami yang patut terus dilestarikan.
Acara selanjutnya yakni pendampingan pembuatan bumbu dapur dan pembuatan minuman kesehatan/jamu yang dipimpin oleh Prof Berna dan apt Roshamur Cahyan Forestrania. Kegiatan ini salah satunya berfokus pada praktik pembuatan dua produk kesehatan, yaitu Bumbu Racik Dapur Khas Suku Baduy serta Jamu Koneng Ayu dan Kadeudeuh Ti Lembur.
Antusiasme peserta mencapai puncaknya saat praktik membuat bumbu racik kering (dari jahe, kunyit, cabai, dan daun jeruk) menggunakan alat penggiling (herb grinder) modern yang dihibahkan melalui Program Hibah Pengabdian kepada Masyarakat Skema Penugasan Universitas Indonesia. Penggunaan alat ini menjadi langkah krusial dalam transfer teknologi untuk menghasilkan serbuk yang homogen dan terstandar, setelah proses pengeringan terkontrol pada suhu 50 derajat Celsius. Selain itu, dilakukan pula demo pembuatan kedua jenis jamu secara langsung, yaitu Jamu Koneng Ayu (kunyit, asam, lada) dan Jamu Kadeudeuh Ti Lembur (jahe, kencur, secang, serai, cengkeh), yang dilanjutkan dengan sesi pencicipan. Hasilnya, masyarakat menyambut baik dan menyukai rasa dari produk jamu tersebut.
Rangkaian kegiatan hari pertama diakhiri dengan sesi tanya jawab yang dinamis, menunjukkan antusiasme tinggi masyarakat Baduy dalam mengaplikasikan ilmu kefarmasian untuk peningkatan kualitas produk kesehatan lokal mereka. Untuk menambah keceriaan, panitia memberikan pertanyaan-pertanyaan interaktif seputar kegiatan hari itu.
"Sebutkan dua jenis jamu yang hari ini kita buat!" seru MC, yang langsung dijawab lantang oleh peserta dengan "Koneng Ayu dan Beras Kencur." Pertanyaan berikutnya cukup dijawab dengan antusias, "Apa nama bumbu dapur yang berwarna hijau?" hingga "Berapa menit untuk merebus jamunya?" yang membuat peserta berebut mengacungkan tangan.
Tak hanya soal bahan, pengetahuan teknis pun diuji. Peserta ditanya bagaimana cara membuat jahe agar lebih manis, apakah semua bumbu racik dikemas langsung setelah dijemur tanpa digiling, hingga menyebutkan empat nama tanaman yang hari itu dijadikan bumbu racik. Suasana penuh antusiasme juga muncul ketika peserta diminta menyebutkan tiga nama alat untuk membuat jamu, bahkan mengingat berapa sendok lada yang harus dimasukkan ke dalam jamu koneng ayu.
Setelah mendapatkan materi edukasi, masyarakat Baduy diberikan post-test untuk melihat pemahaman materi yang telah diberikan. Antusiasme peserta selama pemaparan materi memberikan hasil yang positif terhadap nilai post-test yang diperoleh. Nilai post-test mengalami kenaikan dibandingkan dengan pre-test yang diberikan sebelumnya, dan secara keseluruhan peserta telah memahami materi edukasi yang telah diberikan. Masyarakat Baduy pun sangat bersemangat dalam mengerjakan dan menunggu hasil post-test karena terdapat hadiah yang akan diberikan bagi peserta yang memperoleh nilai tertinggi.
Kegiatan hari pertama ini pun ditutup dengan suasana penuh kehangatan. Bukan hanya ilmu yang dibawa pulang, tetapi juga kesadaran baru bahwa kesehatan bisa dirawat dengan sederhana dari rempah yang ada di dapur, hingga langkah kecil menjaga pola hidup sehat. Semoga dari Desa Kanekes, pesan kearifan lokal ini terus bergema dan menginspirasi banyak orang untuk kembali menghargai kekayaan alam Indonesia.
Pada tanggal 28 September 2025, yakni hari kedua, dilakukan pendampingan cara penanaman rimpang-rimpangan menggunakan media tanam dalam karung untuk masyarakat Baduy oleh Dr Fiky Wicaksono, MP sebagai narasumber dan dosen Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.
Dalam pemaparannya, Dr Fiky menjelaskan secara rinci terkait cara penanaman rimpang jahe dan kunyit dalam media polybag serta pemberian pupuk NPK agar tanaman yang ditanam dapat tumbuh dengan baik dan subur. Polybag dilubangi agar air yang diberikan dapat keluar. Kedalaman tanah sekitar 5-7 sentimeter dan jangan terlalu dalam karena akan menyulitkan pertumbuhan tunas ke atas tanah.
Bibit ditanam dengan posisi tunas menghadap ke atas, lalu tambahkan tanah dan berikan sekitar 5 gr pupuk setelah penanaman bibit, setelah itu ditambahkan tanah, dan disiram dengan air.
Selain mendapatkan materi edukasi, masyarakat Baduy juga mendapat kesempatan untuk memeriksakan kesehatan secara gratis, mulai dari pemeriksaan tekanan darah hingga pemeriksaan gula darah. Layanan ini disambut hangat, karena memberikan gambaran nyata mengenai kondisi kesehatan masing-masing peserta sekaligus melengkapi pengetahuan tentang pentingnya menjaga tubuh dengan bahan alami
Kegiatan hari kedua berakhir dengan semangat yang semakin menguat. Peserta tidak hanya memperoleh keterampilan praktis, tetapi juga keyakinan bahwa upaya menjaga kesehatan dan lingkungan dapat dilakukan melalui inovasi sederhana yang berakar pada tradisi. Dari setiap diskusi hingga praktik lapangan, lahir pemahaman baru tentang bagaimana kearifan lokal dapat bersanding dengan pengetahuan modern. Semoga semangat yang tumbuh di Desa Kanekes hari ini menjadi pijakan untuk langkah-langkah nyata dalam melestarikan alam sekaligus menyehatkan kehidupan masyarakat.