Bukan Kreatif, Tapi Normalisasi Kemiskinan? Kritik Pedas Tren 'Rp10 Ribu di Tangan Istri Tepat'

5 hours ago 5

Wanita belanja sayuran di pasar (ilustrasi). Perencana keuangan menilai tren Rp10 ribu di tangan istri yang tepat bukan strategi pengelolaan keuangan yang realistis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perencana keuangan sekaligus founder CerdasKeuangan, Erlina Juwita, menilai tren "Rp10 ribu di tangan istri yang tepat" bukan strategi pengelolaan keuangan yang realistis. Meskipun tren ini seolah menunjukan kreativitas ibu rumah tangga dalam mengelola keuangan, namun menurutnya, hal itu justru berpotensi menormalisasi kemiskinan dan memperkuat beban gender dalam keluarga.

Tren yang sedang viral di media sosial ini menampilkan konten memasak dengan bujet harian hanya Rp10 ribu. Dalam beberapa video, para ibu rumah tangga memperlihatkan bagaimana mereka tetap bisa menyajikan makanan seperti tempe dan kangkung, bahkan masih menyisihkan uang untuk ditabung.

"Bukan sebuah strategi yang realistis karena sekilas tampak cerdas namun tanpa sadar menormalisasi kemiskinan dan memperkuat peran gender. Perempuan jadi penanggung jawab finansial ketika ekonomi sulit," kata Erlina saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (10/10/2025).

Lantas bagaimana pengelolaan keuangan keluarga yang ideal? Erlina mengatakan pengelolaan keuangan keluarga tidak bisa diseragamkan. Namun ia mengungkap beberapa metode alokasi yang bisa digunakan istri untuk mengelola keuangan keluarga. Misalnya rumus 50/30/20 yakni 50 persen untuk kebutuhan pokok, 30 persen untuk keinginan, dan 20 persen untuk tabungan dan investasi.

"Ada pula versi lain seperti 50/30/10/10 yaitu 50 persen kebutuhan pokok, 30 persen buat cicilan, 10 persen tabungan, 10 persen dana sosial atau dana darurat," ujar Erlina.

Agar tren semacam ini tidak memicu konflik antara suami dan istri, Erlina menekankan pentingnya membangun komunikasi terbuka mengenai tujuan dan anggaran keuangan keluarga. Menurutnya, pasangan perlu menyusun anggaran yang realistis, memantau pengeluaran secara rutin, serta mengalokasikan dana secara proporsional untuk kebutuhan pokok, tabungan, dan dana darurat.

"Penting bagi pasangan suami istri untuk menetapkan tujuan keuangan bersama agar tercipta kesamaan pandangan dan arah dalam mengelola keuangan rumah tangga," kata dia. Erlina juga mengingatkan agar suami istri menghindari utang konsumtif, menetapkan prioritas, dan melibatkan seluruh anggota keluarga dalam proses pengelolaan keuangan.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |