Hamas Mulai Senin Jalani Pertukaran Tahanan dengan Israel

4 hours ago 2

Pasukan Hamas membawa peti jezanah warga Israel di Jalur Gaza selatan, Kamis (20/2/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel berdasarkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza kemungkinan mulai dilakukan pada Senin (13/10/2025). "Pertukaran tahanan mungkin dimulai pada Senin," kata pejabat Hamas, Mousa Abou Marzouq dalam wawancara yang disiarkan televisi pada Jumat (10/10/2025).

Dia menegaskan, Hamas tidak berniat menjadikan proses penyerahan tahanan sebagai ajang militerisasi atau perayaan publik. Fase pertama kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel mulai berlaku pada Jumat pukul 12.00 waktu setempat (16.00 WIB).

Menurut dokumen kesepakatan yang disiarkan stasiun TV KAN, Hamas akan membebaskan para sandera Israel yang masih hidup dalam waktu 72 jam. Hal itu dilakukan setelah Israel meratifikasi kesepakatan dengan meninggalkan wilayah Gaza.

Dokumen itu juga menyebutkan, Hamas akan memberikan semua informasi yang mereka miliki tentang sandera Israel yang tewas kepada mekanisme bersama yang akan melibatkan Turki, Qatar, Mesir, dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC). Israel memperkirakan 48 warga mereka yang disandera masih berada di Gaza, termasuk 20 orang yang diyakini masih hidup.

Di sisi lain, lebih dari 11.100 warga Palestina ditahan di penjara-penjara Israel dan mengalami penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis. Banyak di antara mereka telah meninggal, menurut laporan media dan hak asasi manusia Palestina dan Israel.

Abou Marzouq mengatakan, Hamas memiliki posisi tawar yang signifikan dalam perundingan. Dia mengatakan, isu tahanan menjadi alasan yang kerap dipakai pemimpin Israel Benjamin Netanyahu "untuk membenarkan kelanjutan perang di Gaza."

Pejabat Hamas itu mengatakan, kelompoknya sedang bekerja sama dengan para mediator untuk mengatasi hambatan dan memastikan pembebasan para pemimpin Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel. Dia juga mengatakan, tentara Israel telah mundur hingga ke "garis kuning", tetapi masih menguasai 53 persen wilayah Jalur Gaza.

Garis penarikan pasukan yang ditetapkan oleh Israel, kata dia, "tidak akurat dan digambar secara sewenang-wenang." "Hamas tidak akan menerima keberadaan Israel di wilayah yang saat ini mereka kuasai," kata Abou Marzouq.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |