Pengajian Gus Mustain Kupas Tema Kontroversial Tasawuf Klasik Wahdatul Wujud

4 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Ratusan jamaah dari kalangan santri, akademisi, dosen, hingga ulama muda Nahdlatul Ulama (NU) memadati ruangan untuk mengikuti Pengajian Kitab Kuning Rutin Sabtu Pertama di Kantor PCNU Kota Surakarta pada awal Oktober 2025. Kegiatan bulanan ini diikuti lebih dari 160 peserta dan menjadi ruang intelektual warga NU yang konsisten menggali khazanah keilmuan Islam klasik.

Dalam kajian tersebut, pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Muhibbin Al-Mustainiyyah Surakarta, KH Ahmad Muhammad Mustain Nasoha membahas salah satu tema tasawuf klasik yang kerap dianggap kontroversial, yakni Wahdatul Wujud. Kajian ini merujuk pada karyanya sendiri, Mujazul Kalam Syarah Aqidatul Awam.

Ia menegaskan Wahdatul Wujud adalah tema yang sarat dengan dimensi teologis, filosofis, dan spiritual. Menurutnya, kesalahpahaman terhadap istilah ini sering muncul karena sebagian orang memaknainya secara literal sebagai penyatuan makhluk dan Khalik, padahal hakikatnya jauh lebih dalam.

“Wahdatul Wujud bukanlah ittihad (penyatuan zat), melainkan kesadaran makrifat bahwa tidak ada eksistensi hakiki selain Allah. Segala sesuatu yang kita lihat hanyalah tajalli, penampakan atau manifestasi dari Cahaya Wujud-Nya,” ujar kiai muda yang akrab disapa Gus Mustain itu kepada Republika.co.id, Jumat (10/10/2025).

Ketua Komisi Fatwa MUI Kota Surakarta tersebut melanjutkan dengan menelusuri akar historis dan konseptual ajaran Wahdatul Wujud, mengutip pandangan para sufi besar seperti Ibn Arabi, Al-Jili, dan Ibn Athaillah As-Sakandari.

Dari Ibn Arabi, Gus Mustain mengutip ungkapan monumental “la maujuda illa al-wujud al-wahid” (tidak ada yang maujud kecuali Wujud yang Esa) yang ia tafsirkan bukan sebagai penegasian alam, melainkan penegasan bahwa segala keberadaan selain Allah tidak memiliki wujud independen.

“Segala yang ada hanyalah eksistensi majazi, keberadaan yang bergantung pada Wujud Mutlak. Alam ini ibarat bayangan yang tak mungkin eksis tanpa sumber cahayanya,” jelasnya, sambil menegaskan bahwa pendekatan ini justru memperdalam pemahaman tauhid, bukan mengaburkannya.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |