REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isu kesehatan mental menjadi sorotan penting secara global dan nasional, namun penanganan efektifnya di Indonesia masih terganjal oleh satu penghalang besar yaitu stigma. Menurut psikolog sekaligus Ketua II Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi), Prof Henndy Ginting, banyak orang masih enggan mencari bantuan profesional karena takut dianggap lemah atau memiliki karakter yang bermasalah.
"Masih banyak orang malu atau enggan datang ke profesional karena takut dianggap lemah secara pribadi atau karakter, padahal ganguan mental sama saja dengan gangguan fisik. Kalau ditangani dengan baik, maka bisa dikendalikan dan orang bisa kembali hidup optimal," kata Henndy saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (9/10/2025).
Prof Henndy menilai, kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental di Indonesia belum optimal. Di kalangan individu, khususya generasi muda, memang mulai ada kesadaran terhadap psychological wellbeing. Namun, pemahamannya kerap kali terbatas dan tidak menyeluruh.
"Banyak yang memahami kesehatan mental hanya sebatas healing atau slow living, tapi tidak dikaitkan dengan produktivitas atau kinerja. Padahal, kesejahteraan psikologis itu seharusya mendukung individu untuk tetap berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari," kata dia.
Adapun di lingkungan yang lebih luas seperti keluarga, sekolah, kampus, dan komunitas, perhatian terhadap isu kesehatan mental juga cenderung muncul ketika sudah ada kejadian atau dampak yang nyata. Henndy menyebut pendekatan ini sebagai reaktif, bukan preventif.
"Kesadaran baru datang kalau sudah ada gangguan. Padahal yang paling penting adalah bagaimana meningkatkan kesehatan mental (promotif) dan mencegah gangguan terjadi (preventif)," kata dia.
Menurutnya, pendekatan promotif dan preventif akan sangat membantu Indonesia dalam menghadapi persoalan-persoalan besar seperti rendahnya produktivitas, lemahnya motivasi, hingga minimnya solidaritas sosial. la menegaskan bahwa kesehatan mental seharusnya menjadi bagian dari agenda pembangunan nasional.
Sementara itu, Henndy juga menyoroti peran pemerintah yang menurutnya belum maksimal dalam menangani is ini. la memahami banyak persoalan besar yang sedang dihadapi negara, mulai dari ekonomi hingga politik. Namun menurutnya, kesehatan mental tidak bisa terus-menerus berada di urutan belakang.
"Kesehatan mental bukan hanya urusan Kementerian Kesehatan, tapi tanggung jawab semua pihak. Pemerintah harus menjadikan ini sebagai program lintas sektor," ujar dia.
Pada momen peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia kali ini, Henndy mendorong adanya langkah konkret untuk memperkuat layanan kesehatan mental di masyarakat. la menilai penting untuk meningkatkan literasi publik tentang kesehatan mental, termasuk mengenali gejala awal gangguan, seperti kecemasan, depresi, gangguan penyesuaian diri, hingga gangguan kepribadian dan psikosis.
Di sisi layanan publik, ia menekankan pentingnya akses terhadap tenaga profesional seperti psikolog dan psikiater di fasilitas kesehatan yang mudah dijangkau dan terjangkau oleh masyarakat. la juga mendorong agar layanan kesehatan mental dapat ditanggung melalui BPJS.
"Kalau masyarakat bisa mendapat akses layanan psikologis yang terjangkau dan mudah dijangkau, maka akan semakin banyak orang yang berani datang dan mendapat penanganan sejak dini," kata dia.
Kamu bisa menemukan banyak saran seputar kesehatan mental di media sosial, tapi hati-hati ya. Enggak semuanya benar!