Lincak 2025-10-09 16:53:58

Kongres Indonesia Raya di Surabaya pada Januari 1932 memilih dokter Soetomo sebagai ketua Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Johanes Latuharhary ditunjuk sebagai sekretaris-bendahara.
Seperti dilaporkan De Indische Courant edisi 4 Januati 1932, pada kesempatan kongres itu Latuharhary juga menyampaikan pidato. Pekik Indonesia Merdeka dari mulut Latuharhary setelah berpidato 1,5 jam, mendapat sambutan gemuruh dari hadirin.
Selama satu setengah jam itu, Latuharhary membahas Maluku masa lalu, Jawa masa kini, dan Sumatra masa depan. Apa maksudnya?
Scroll untuk membaca
Scroll untuk membaca
Pada malam pembukaan Kongres, hadir Bung Karno yang baru dilepas Belanda dari penjara Sukamiskin Bandung. Dalam pidatonya, ia menegaskan perlunya persatuan, setop konflik.
Menjelaskan trilogi tekad, semangat, dan tindakan, Bung Karno mengakhiri pidatonya dengan mengajak hadirin berdiri untuk menyanyikan lagu “Indonesia Raya”. Usai menyanyi, sorak-sorai pun bergemuruh.
Setelah dirinya mengumumkan telah terpilih sebagai ketua PPPKI dan Latuharhary sebagai sekretaris-bendahara, Soetomo mengajak hadirin agar menjaga persatuan. Ia juga meminta kerja sama hadirin demi persatuan itu.
Soetomo mempersilakan Latuharhary menyampaikan pidato. Ia sampaikan bahwa Latuharhary akan menyampaikan berbagai keluhan, yang juga merupakan keluhan seluruh masyarakat Indonesia.
Mengenai Maluku masa lalu, Jawa masa kini, dan Sumatra masa depan, Latuharhary menyatakan, Maluku telah memiliki peran penting bagi perdagangan internasional di masa lalu. Produksi cengkih dan rempah-rempah Maluku menjadi komoditas internasional.
Di balik peran penting Maluku itu, kata Latuharhary seperti dikutip De Indische Courant, memunculkan potensi Maluku lainnya. Yaitu, Matulesi yang memberikan perlawanan terhadap pemonopoli cengkih dan rempah, dan pemuda-pemuda tangguh Maluku yang menjadi anggota KNIL.
Banyaknya pemuda Maluku yang menjadi anggota KNIL yang mendukung kejayaan Belanda di Indonesia, menurut Latuharhary adalah buah dari pendidikan yang diadakan oleh Belanda di Maluku.
“Pendidikan dan pengasuhan pada abad-abad terakhir bertujuan untuk membuat penduduk Maluku tunduk pada kepentingan VOC dan sebagainya,” ujar Latuharhary.
Latuharhary juga menyebut, monopoli perdagangan di Maluku telah menyebabkan penduduk Maluku menjadi miskin. Para pemuda pun kemudian tergiur untuk mendaftar menjadi anggota KNIL, pelaut, atau staf administrasi di pemerintahan kolonial.