Soal Santri Ikut Bangun Pesantren, Ketum PBNU: Itu bukan Eksploitasi

5 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Usai insiden ambruknya bangunan di kompleks Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, banyak pihak menyoroti kebiasaan santri terlibat dalam proses pembangunan pesantren. Berbagai pemberitaan menyebut, santri yang dianggap melanggar kadang kala diberi hukuman untuk ikut mengecor, padahal pekerjaan itu biasanya dilakukan tukang bangunan.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, tradisi itu bukanlah bentuk eksploitasi tenaga santri. Menurut sosok yang akrab disapa Gus Yahya itu, keterlibatan para santri dalam proses pembangunan sarana pesantren merupakan bagian dari pendidikan karakter mereka. Ini pun sudah berlangsung turun-temurun di lingkungan pesantren.

Gus Yahya menjelaskan, santri memiliki tiga hal utama, yakni mencari ilmu, pembersihan jiwa, pengorbanan di jalan Allah.

"Santri itu punya tiga hal utama, yaitu thalabul ilmi, tazkiyatun nafs, dan jihad fi sabilillah. Jadi, kegiatan di pesantren bukan hanya belajar untuk mengisi otak dengan pengetahuan, tetapi juga melatih diri dalam berkhidmat, membersihkan jiwa, serta memberikan pelayanan dengan niat yang tulus,” kata dia di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, baru-baru ini.

Ia menegaskan, kerja bakti atau gotong royong adalah tradisi luhur yang menguatkan jiwa kebersamaan. Di lingkungan pesantren, ini pun mewujudkan tanggung jawab sosial para santri. Karena itu, tradisi santri ikut membangun jangan disamakan dengan mempekerjakan mereka.

“Kalau kerja bakti, ya sama saja seperti di kampung, bersih-bersih got itu juga kerja bakti. Masa dianggap mempekerjakan orang kampung?” ucapnya retoris.

Gus Yahya mengatakan, pembangunan di pesantren pada dasarnya ditujukan untuk kepentingan para santri sendiri, bukan kepentingan bisnis.

“Membuat gedung untuk madrasah itu untuk kegiatan belajar mereka. Membangun kamar-kamar juga untuk tempat tinggal mereka sendiri. Jadi, ini soal tradisi pesantren, bukan soal mempekerjakan santri,” katanya.

Pesantren, lanjutnya, merupakan lembaga pendidikan non-profit yang dijalankan dengan semangat pengabdian. Tradisi khidmat sudah menjadi bagian dari pembentukan karakter santri sejak ratusan tahun lalu.

“Justru hal itu menjadi contoh bagaimana kita menghadapi masa dan tantangan bersama dengan bersatu dan bekerja sama,” jelas Gus Yahya. 

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |