
PYONGYANG -- Korea Utara (Korut) meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) baru dalam parade militer di Lapangan Kim Il Sung, Pyongyang, Jumat (10/10/2025) malam waktu setempat. Parade itu dihadiri Pemimpin Tertinggi Kim Jong-un dan pejabat senior dari China dan Rusia.
Kim memanfaatkan acara peringatan 80 tahun berdirinya Partai Buruh Korea yang berkuasa, untuk memamerkan ICBM Hwasong-20 generasi baru, yang oleh KCNA, kantor berita resmi Korut, disebut sebagai "senjata strategis nuklir paling kuat." "Para penonton bersorak dengan sangat antusias ketika barisan ICBM Hwasong-20, sistem senjata strategis nuklir paling kuat DPRK, memasuki lapangan dan memenuhi lintasan," demikian laporan KCNA, menggunakan akronim untuk nama resmi Korut, Republik Rakyat Demokratik Korea.
Rudal berbahan bakar padat yang saat ini sedang dikembangkan itu diyakini memiliki jangkauan 15 ribu kilometer (km). Sehingga seluruh wilayah Amerika Serikat (AS) berada dalam jangkauan serang seperti Hwasong-19.
Rudal itu juga diperkirakan mampu membawa beberapa hulu ledak, sebuah perkembangan yang dapat semakin membingungkan sistem pertahanan rudal. Bulan lalu, Korut mengatakan, telah melakukan uji coba terakhir mesin baru yang bertenaga, dengan daya dorong maksimum 1.960 kilonewton, yang meningkatkan kekhawatiran bahwa rudal baru tersebut dapat dilengkapi dengan muatan kendaraan reentry multitarget independen (MIRV).
Parade tersebut juga menampilkan apa yang digambarkan KCNA sebagai "barisan sistem rudal yang memuat kendaraan luncur hipersonik dan sistem rudal strategis jarak menengah hipersonik,". Selain itu, juga sejumlah "sistem rudal jelajah strategis jarak jauh, drone, sistem rudal permukaan-ke-udara dan permukaan-ke-permukaan" yang menunjukkan "kecepatan pengembangan DPRK yang mencengangkan dan tidak dapat diabaikan dunia."
Dalam pidatonya, Kim menyerukan agar militernya terus berkembang menjadi kekuatan yang "tak terkalahkan". "Tentara kita harus terus tumbuh menjadi entitas yang tak terkalahkan yang menghancurkan semua ancaman yang mendekati jangkauan pertahanan diri kita berkat keunggulan politik, ideologis, militer, dan teknisnya yang mengalahkan musuh, dan harus terus memperkuat dirinya menjadi pasukan bersenjata elit yang meraih kemenangan demi kemenangan atas kekuatan moralitas dan disiplin," kata Kim dilaporkan KCNA.
Kim mengatakan, akhir bulan lalu, ia terbuka untuk berunding dengan AS jika Washington membatalkan tuntutan lamanya agar Pyongyang melepaskan senjata nuklirnya, dan menyampaikan kata-kata hangat kepada Presiden AS Donald Trump. Kim telah membuka pintu untuk kembali ke diplomasi tingkat tinggi, dengan mengatakan, ia memiliki "kenangan indah" tentang Presiden Trump, yang ia temui sebanyak tiga kali pada 2018 dan 2019.
Trump, yang juga telah menyatakan keinginannya untuk memulai kembali perundingan dengan Kim, bisa mendapatkan kesempatan tersebut paling cepat pada akhir Oktober 2025. Hal itu terjadi ketika presiden AS itu diperkirakan akan berkunjung ke Korea Selatan untuk menghadiri KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Kota Gyeongju.
Parade militer pada Jumat berlangsung saat Perdana Menteri China Li Qiang, mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev, dan ketua Partai Komunis Vietnam To Lam, serta pejabat asing lainnya berada di Pyongyang untuk menghadiri perayaan tersebut. Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Sugiono juga hadir menyaksikan parade tersebut.