Sejumlah Negara Eropa Minta Warga Siaga Perang, Persiapan Dilakukan

11 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah negara Eropa tengah memperkuat kesiapsiagaan warga dalam menghadapi kemungkinan konflik bersenjata atau perang. Pemerintah mengimbau warga untuk membangun ketahanan psikologis, dan melakukan penyimpanan logistik, hingga mengikuti simulasi evakuasi massal sebagai persiapan untuk menghadapi ancaman perang.

Mengutip CNN.com, Sabtu (12/4), langkah yang diambil mencerminkan kekhawatiran yang meningkat di kalangan pemimpin Eropa terhadap potensi ekspansi militer Rusia. Ditambah lagi, ketidakpastian dukungan keamanan dari Amerika Serikat semakin memicu urgensi bagi negara-negara wilayah untuk memperkuat pertahanan internal.

Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte dalam pertemuan keamanan di Brussel pada Desember lalu menegaskan, "Sudah saatnya kita beralih pada pola pikir masa perang."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Komisi Eropa, pada Maret lalu, merilis panduan bagi seluruh warga untuk menyimpan persediaan makanan dan kebutuhan pokok selama minimal 72 jam dalam menghadapi krisis. Komisi juga menekankan pentingnya membangun budaya kesiapsiagaan dan ketahanan di tengah masyarakat.

Beberapa negara telah menerapkan panduan nasional masing-masing. Jerman, misalnya, memperbarui Petunjuk Kerangka Kerja untuk Pertahanan Menyeluruh (Framework Directive for Overall Defense) yang menggambarkan perubahan drastis dalam kehidupan warga bila terjadi perang.

Sementara itu, Swedia mendistribusikan ulang buku panduan bertajuk 'Jika Krisis atau Perang Datang' kepada jutaan rumah tangga. Buku ini memberikan instruksi mulai dari cara berlindung saat serangan udara, evakuasi, hingga menghadapi serangan nuklir.

Warga diimbau segera masuk ke dalam ruangan, menutup semua jendela dan ventilasi, serta mendengarkan siaran darurat melalui radio nasional.

Finlandia, negara yang berbatasan langsung dengan Rusia sepanjang 1.340 kilometer, juga telah lama mempersiapkan diri. Sejak 1950-an, pembangunan tempat perlindungan bom menjadi kewajiban pada setiap bangunan apartemen dan perkantoran.

Setelah invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada 2022, pemerintah Finlandia melakukan inventarisasi dan menemukan lebih dari 50 ribu tempat perlindungan yang mampu menampung sekitar 4,8 juta orang dari total populasi 5,6 juta orang.

Pada November lalu, Kementerian Dalam Negeri Finlandia menerbitkan panduan krisis terbaru yang mencakup langkah-langkah menghadapi pemadaman listrik panjang, gangguan telekomunikasi, bencana cuaca ekstrem, hingga konflik militer.

Meski upaya pemerintah semakin intensif, pertanyaan tetap muncul mengenai efektivitas rencana-rencana ini, dan apakah masyarakat benar-benar akan merespons dengan serius.

Tak bisa diremehkan

Wakil Presiden untuk Keamanan Transatlantik German Marshall Fund Claudia Major mengatakan saran dari negara-negara tersebut harus ditanggapi dengan serius.

Menurutnya kesiapan bukan hanya untuk ancaman militer langsung dari Rusia. Tapi juga apa yang disebutnya "zona abu-abu" antara perang dan damai - yang mencakup tingkat agresi yang lebih rendah serta perang hibrida.

"Kami ingin orang-orang waspada, kami tidak ingin mereka panik," kata Major.

Bagi beberapa negara, terutama yang berada dalam lingkup pengaruh Moskow, ancaman dari Rusia terasa lebih nyata. Bagi yang lain, lebih sulit dipahami.

Finlandia misalnya yang kehilangan wilayahnya ke Rusia selama Perang Musim Dingin tahun 1939-40. Sementara negara-negara Baltik dianeksasi oleh Uni Soviet antara tahun 1940 dan 1991. 

"Ancaman eksistensial, ketakutan akan diserbu, ketakutan akan menghilang dari peta sangat nyata di negara-negara Baltik. Mereka bertanya-tanya mengapa negara lain tidak memahaminya," kata Major.

"Saat kita ke Finlandia sekarang dan melihat sistem bunker mereka dan persediaan obat-obatan mereka dan sistem cadangan mereka? Mereka belajar dari sejarah; tidak ada yang akan membantu dan harus melakukannya sendiri," ujar Major.

Major menyebut Portugal, Italia, dan Inggris Raya sebagai negara-negara tempat ancaman dari Rusia kurang hadir dalam kesadaran nasional. Italia, katanya, lebih khawatir dengan ancaman dari terorisme dan ketidakstabilan dari negara-negara rapuh yang dekat dengan perbatasan selatan negara itu. 

(lid/sur)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |